artikel
Khazanah
BULETIN JUM'AT TAHUN 2 EDISI 10 - RASULULLAH SAW. MEMAKAI BATU HABASYI
Akhir-akhir ini masyarakat di Minangkabau sedang trend memakai Batu Akik. Terkait hal itu, ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Padang, Prof. Dr. Duski Samad mengatakan bahwa memakai dan mengoleksi batu akik tidaklah mengapa, namun jangan sampai terjerembab kepada kemusyrikan, merusak nilai akidah.
Meyakini benda-benda yang memiliki kelebihan dan membawa keberuntungan dalam kehidupan, hal itu termasuk kedalam dosa besar. Batu Akik hanyalah sejenis batu mulia yang disukai karena keindahan bentuk dan warnanya.
Batu akik jenis tertentu, jika dipakai dalam waktu yang lama memang mengalami perubahan warna, hal itu disebabkan karena proses perubahan mineral yang ada di dalam batu tersebut. Banyaknya peminat batu akik, dari segi ekonomi sangat lah baik, hal ini dapat membantu penjual batu mulia untuk mendapatkan keuntungan financial yang banyak.
Disamping itu, banyak pula orang yang memandang sinis terhadap tingginya animo masyarakat terhadap Batu Akik ini. Berbagai pameo lahir sebagai bentuk antipati. Misalnya ada ungkapan cemooh yang mengatakan bahwa “hati-hatilah ibu-ibu
di rumah, jangan sampai Batu Lado di dapur di asah pula oleh suaminya menjadi batu akik”. Ada lagi yang berujar seperti ini; “Sekarang hati-hatilah menjaga Pandam Pekuburan, takutnya Batu Nisan akan diasah orang pula menjadi Batu Akik”; “Apabila suami telat pulang ke rumah, maka mudah saja mencarinya, karena ia tidak pergi kemana-mana, pasti lah sekarang sedang berada di tempat orang mengasah Batu Cincin”.
Senada dengan itu, keluar pula selorohan-selorohan masyarakat mengenai hobi Batu akik ini seperti:
Ada lagi ungkapan yang tidak kalah sinisnya dari pencinta Batu Akik, “ Kaki tidak boleh dinaikkan ke atas meja” kata mereka kepada orang yang tidak ada memakai Batu Akik satu pun di jari tangannya.
Harus diakui, fenomena Batu Akik ini, telah membuka lapangan kerja, dan mengurangi pengangguran. Mulai dari tukang cari batu, tukang carah, tukang potong, tukang asah, tukang ikek, sampai kepada sipenjual. Hampir di setiap sudut perkampungan terdengar deru mesin asah batu.
Apabila para pengrajin menerima upahan asah Batu Akik Rp. 25.000 saja dan mampu mengasah 20 batu sehari, maka sudah bergaji 500 ribu rupiah sehari. Jika konsisten dalam jumlah demikian setiap harinya, maka penghasilan tukang asah batu cincin setiap bulannya adalah Rp. 15.000.000. Waw... fantastis bukan?
Harus diakui pula, hanya dengan modal satu Batu Akik di jari, seseorang akan mendapat topik pembicaraan hangat untuk berkenalan, sehingga ia mendapat pergaulan baru.
Harus diakui juga, banyak orang yang syirik karena mengisi khadam ke dalam Batu Akiknya.
Ketahuilah saudara, bahwa batu itu hanyalah perhiasan belaka yang dititipkan kelebihan berupa keindahan bentuk dan warna oleh Allah Swt. Orang yang pintar pasti meminta kepada Allah, bukannya memuja-muja benda mati seperti batu alam.
Artinya: “Dari Anas bin Malik ra ia berkata, bahwa cincin Rasulullah Saw. itu terbaut dari perak dan mata cincinya itu mata cincin Habasyi”. (H.R. Muslim)
Menurut Imam Nawawi, para ulama menyatakan bahwa yang dimaksud dengan, “mata cincinya itu mata cincin Habasyi” adalah batu yang berasal dari Habasyi. Artinya batu mata cincinya itu dari jenis batu merjan atau akik karena dihasilkan dari pertambangan batu di Habsyi dan Yaman. Sedangkan dalam Shahih al-Bukhari terdapat riwayat dari Hamin dari Anas bin Malik yang menyatakan mata cincinya itu terbuat dari perak.
Menurut Imam Syafi’i hukum memakai batu mulia atau batu akik adalah mubah sepanjang tidak untuk berlebih-lebihan dan menyombongkan diri.
Bisa jadi, sifat sipemakai batu itu, bisa merubah hukumnya, seperti sifat sombong, maka haramlah jadinya memakai Batu Akik.
Euforia batu cincin ternyata menyelimuti seluruh lapisan masyarakat. Fenomena itu juga sudah ditemui pada masa Rasulullah SAW.
Beberapa riwayat menerangkan, Rasulullah SAW sendiri juga memiliki cincin yang terpasang di jari kelingking Beliau. Cincin Rasulullah SAW. bertuliskan Muhammad Rasul Allah. Model penulisannya menempatkan nama Beliau SAW di bawah dan kalimat Allah berada di atas. Sepeninggal Beliau, cincin itu dipakai oleh Umar bin Khattab yang selanjutnya diwariskan kepada Utsman bin Affan. Suatu ketika, Utsman menjatuhkannya di sebuah sumur dan hilang. Sumur itu pun diberi nama sumur Khatam yang berarti sumur cincin.
Khatam dalam bahasa Arab sebenarnya dimaknai dengan penutup. Biasanya, penutup sebuah surat, yakni dengan legalisasi sebuah stempel. Orang Arab sering menyebut stempel dengan sebutan khatam. Karena cincin Rasulullah SAW merupakan sebuah stempel, cincin juga disebut sebagai
khatam.
Ahli hadis mengatakan, hadis yang diriwayatkan Abu Daud merupakan hadis yang paling kuat di antara hadis lainnya yang bisa dijadikan hujjah dalam hal cincin. Para ulama menafsirkan, pemakaian cincin di tangan kanan karena memang tangan kanan dianggap lebih mulia dari tangan kiri.
Hadis dari Yahya bin Yahya yang mengatakan, Abu al-Ahwas meriwayatkan dari Aasim bin Kulaib dari Abu Burdah yang mengatakan, "Ali bin Abi Thalib berkata, Rasulullah SAW melarangku memakai cincin pada jari ini atau ini." Ali mengisyaratkan kepada jari tengah dan yang sebelahnya (telunjuk dan ibu jari) (HR Muslim).
Lalu, seperti apa cincin yang dipakai Rasulullah? Dalam riwayat Muslim disebutkan, Rasulullah pernah memakai cincin yang batunya berjenis Habasyi. Batu ini sejenis batu berwarna hitam kemerah-merahan yang berasal dari Afrika. Beberapa kalangan menyebutnya dengan nama batu Akik Yaman.
Jenis batu Habasyi ini dapat ditemui di daerah Afrika dan Yaman. Batu ini, walau terlihat kehitam-hitaman, jika disuluh dengan cahaya akan terpancar warna merah tua pekat. Batu akik Yaman ini banyak dipakai para pengusaha dari Yaman dan sebagai oleh-oleh bila berkunjung ke Timur Tengah dan Afrika.
Ini adalah isi buletin Jum'at CV. Barito Minang Edisi: 10 Tahun II / 15 Jumadil Ula 1436 H / 6 Maret 2015 M
Download Versi JPEG nya:
Meyakini benda-benda yang memiliki kelebihan dan membawa keberuntungan dalam kehidupan, hal itu termasuk kedalam dosa besar. Batu Akik hanyalah sejenis batu mulia yang disukai karena keindahan bentuk dan warnanya.
Batu akik jenis tertentu, jika dipakai dalam waktu yang lama memang mengalami perubahan warna, hal itu disebabkan karena proses perubahan mineral yang ada di dalam batu tersebut. Banyaknya peminat batu akik, dari segi ekonomi sangat lah baik, hal ini dapat membantu penjual batu mulia untuk mendapatkan keuntungan financial yang banyak.
Disamping itu, banyak pula orang yang memandang sinis terhadap tingginya animo masyarakat terhadap Batu Akik ini. Berbagai pameo lahir sebagai bentuk antipati. Misalnya ada ungkapan cemooh yang mengatakan bahwa “hati-hatilah ibu-ibu
di rumah, jangan sampai Batu Lado di dapur di asah pula oleh suaminya menjadi batu akik”. Ada lagi yang berujar seperti ini; “Sekarang hati-hatilah menjaga Pandam Pekuburan, takutnya Batu Nisan akan diasah orang pula menjadi Batu Akik”; “Apabila suami telat pulang ke rumah, maka mudah saja mencarinya, karena ia tidak pergi kemana-mana, pasti lah sekarang sedang berada di tempat orang mengasah Batu Cincin”.
Senada dengan itu, keluar pula selorohan-selorohan masyarakat mengenai hobi Batu akik ini seperti:
- Batu akik asli ada unsur dingin dan sejuk, permukaannya halus. Kalau yang bertekstur namanya Batu-Lado, yang agak besar namanya Batu-Galodo.
- Batu Akik asli tidak meleleh dan tidak rusak teksturnya kalau dibakar, jika meleleh dan rusak namanya Batu-kak.
- Batu Akik asli kalau dibakar cepat dingin. Kalau panas terus namanya Batu-Baro.
- Batu Akik asli bisa transaksi dengan cara tukar tambah. Kalau dengan cara tukar cincin namanya Batu-Nangan.
- Batu Akik asli bisa memotong kaca dengan goresan. Kalau yang didorong namanya Batu-Ncik, Batu-Lak, kalau yang di sepoh namanya Batu-Ngkai.
- Batu Akik asli jika dibeli di Mall diberi kemasan mewah. Kalau dibeli di tepi jalan diberi Batu-Nkuih.
- Batu Akik asli pasti ada data dan sertifikatnya, Namun kalau yang hanya ada data saja, itu namanya Batu-Nisan.
- Batu Akik itu di ambil dari alam dengan seksama serta teliti. Kalau sembarangan saja namanya Batu-Tuah.
- Batu terbesar dan terluas itu adalah Batu-Sangka, Batu-Nanggai, Batu-Palano.
- Batu Akik asli yang merah di dalam gelas, itu namanya Batu Delima, namun kalau merahnya gatal-gatal itu namanya Batu-Ngau.
- Berebut Batu Akik bisa berakibat, Batu-Mbuak, Batu-Ja, Batu-Ka, Batu-Ro-turo. Batu-Suak.
Ada lagi ungkapan yang tidak kalah sinisnya dari pencinta Batu Akik, “ Kaki tidak boleh dinaikkan ke atas meja” kata mereka kepada orang yang tidak ada memakai Batu Akik satu pun di jari tangannya.
Harus diakui, fenomena Batu Akik ini, telah membuka lapangan kerja, dan mengurangi pengangguran. Mulai dari tukang cari batu, tukang carah, tukang potong, tukang asah, tukang ikek, sampai kepada sipenjual. Hampir di setiap sudut perkampungan terdengar deru mesin asah batu.
Apabila para pengrajin menerima upahan asah Batu Akik Rp. 25.000 saja dan mampu mengasah 20 batu sehari, maka sudah bergaji 500 ribu rupiah sehari. Jika konsisten dalam jumlah demikian setiap harinya, maka penghasilan tukang asah batu cincin setiap bulannya adalah Rp. 15.000.000. Waw... fantastis bukan?
Harus diakui pula, hanya dengan modal satu Batu Akik di jari, seseorang akan mendapat topik pembicaraan hangat untuk berkenalan, sehingga ia mendapat pergaulan baru.
Harus diakui juga, banyak orang yang syirik karena mengisi khadam ke dalam Batu Akiknya.
Ketahuilah saudara, bahwa batu itu hanyalah perhiasan belaka yang dititipkan kelebihan berupa keindahan bentuk dan warna oleh Allah Swt. Orang yang pintar pasti meminta kepada Allah, bukannya memuja-muja benda mati seperti batu alam.
عن أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ خَاتَمُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ وَرِقٍ وَكَانَ فَصُّهُ حَبَشِيًّا -رواه مسلم
Artinya: “Dari Anas bin Malik ra ia berkata, bahwa cincin Rasulullah Saw. itu terbaut dari perak dan mata cincinya itu mata cincin Habasyi”. (H.R. Muslim)
Menurut Imam Nawawi, para ulama menyatakan bahwa yang dimaksud dengan, “mata cincinya itu mata cincin Habasyi” adalah batu yang berasal dari Habasyi. Artinya batu mata cincinya itu dari jenis batu merjan atau akik karena dihasilkan dari pertambangan batu di Habsyi dan Yaman. Sedangkan dalam Shahih al-Bukhari terdapat riwayat dari Hamin dari Anas bin Malik yang menyatakan mata cincinya itu terbuat dari perak.
Menurut Imam Syafi’i hukum memakai batu mulia atau batu akik adalah mubah sepanjang tidak untuk berlebih-lebihan dan menyombongkan diri.
Bisa jadi, sifat sipemakai batu itu, bisa merubah hukumnya, seperti sifat sombong, maka haramlah jadinya memakai Batu Akik.
Euforia batu cincin ternyata menyelimuti seluruh lapisan masyarakat. Fenomena itu juga sudah ditemui pada masa Rasulullah SAW.
Beberapa riwayat menerangkan, Rasulullah SAW sendiri juga memiliki cincin yang terpasang di jari kelingking Beliau. Cincin Rasulullah SAW. bertuliskan Muhammad Rasul Allah. Model penulisannya menempatkan nama Beliau SAW di bawah dan kalimat Allah berada di atas. Sepeninggal Beliau, cincin itu dipakai oleh Umar bin Khattab yang selanjutnya diwariskan kepada Utsman bin Affan. Suatu ketika, Utsman menjatuhkannya di sebuah sumur dan hilang. Sumur itu pun diberi nama sumur Khatam yang berarti sumur cincin.
Khatam dalam bahasa Arab sebenarnya dimaknai dengan penutup. Biasanya, penutup sebuah surat, yakni dengan legalisasi sebuah stempel. Orang Arab sering menyebut stempel dengan sebutan khatam. Karena cincin Rasulullah SAW merupakan sebuah stempel, cincin juga disebut sebagai
khatam.
Ahli hadis mengatakan, hadis yang diriwayatkan Abu Daud merupakan hadis yang paling kuat di antara hadis lainnya yang bisa dijadikan hujjah dalam hal cincin. Para ulama menafsirkan, pemakaian cincin di tangan kanan karena memang tangan kanan dianggap lebih mulia dari tangan kiri.
Hadis dari Yahya bin Yahya yang mengatakan, Abu al-Ahwas meriwayatkan dari Aasim bin Kulaib dari Abu Burdah yang mengatakan, "Ali bin Abi Thalib berkata, Rasulullah SAW melarangku memakai cincin pada jari ini atau ini." Ali mengisyaratkan kepada jari tengah dan yang sebelahnya (telunjuk dan ibu jari) (HR Muslim).
Lalu, seperti apa cincin yang dipakai Rasulullah? Dalam riwayat Muslim disebutkan, Rasulullah pernah memakai cincin yang batunya berjenis Habasyi. Batu ini sejenis batu berwarna hitam kemerah-merahan yang berasal dari Afrika. Beberapa kalangan menyebutnya dengan nama batu Akik Yaman.
Jenis batu Habasyi ini dapat ditemui di daerah Afrika dan Yaman. Batu ini, walau terlihat kehitam-hitaman, jika disuluh dengan cahaya akan terpancar warna merah tua pekat. Batu akik Yaman ini banyak dipakai para pengusaha dari Yaman dan sebagai oleh-oleh bila berkunjung ke Timur Tengah dan Afrika.
Ini adalah isi buletin Jum'at CV. Barito Minang Edisi: 10 Tahun II / 15 Jumadil Ula 1436 H / 6 Maret 2015 M
Download Versi JPEG nya:
Via
artikel
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda setelah membaca blog ini dengan bahasa yang sopan dan lugas.