Buletin
Khazanah
Pilihan
BULETIN JUM'AT TAHUN 2 EDISI 20 - KEUTAMAAN BULAN SYA’BAN
Sudah 4 hari bulan Sya’ban kita lalui. Bulan Sya’ban merupakan bulan ke 8 dalam urutan bulan-bulan pada tahun Hijriyah. Kedatangannya merupakan tanda akan datangnya tamu istimewa, yaitu bulan Ramadhan. Kata Sya’ban berarti berpencar.
Dinamakan Sya’ban karena masyarakat pada waktu itu berpencar untuk mencari air, atau untuk berperang, atau karena bulan ini muncul antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan Sya’ban merupakan persiapan untuk menyambut bulan Ramadhan, agar terbiasa selama bulan Ramadhan. Jika latihan atau persiapan dilakukan, seorang muslim akan menyambut dan berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh rasa giat, tidak malas, karena ia sudah terbiasa.
Bulan sya’ban merupakan bulan diangkatnya amal perbuatan kepada Allah SWT. Dalam sebuah riwayat dikemukakan:
Artinya: Dari Usamah bin Zaid ra berkata, aku bertanya kepada Rasulullah SAW, ‘Wahai Rasulullah SAW, aku tidak melihatmu berpuasa sunnah di bulan-bulan lainnya (sebanyak) engkau berpuasa di bulan sya’ban?’ Beliau bersabda, ‘Ia merupakan bulan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia, yaitu antara rajab dan ramadhan. Dan sya’ban merupakan bulan diangkatnya amal perbuatan manusia kepada Allah SWT, dan aku ingin ketika amalku diangkat dan dilaporkan kepada Allah, aku dalam keadaan berpuasa.’ (HR. Nasa’I dan Abu Dawud)).
Bulan Sya’ban disifati oleh Rasulullah SAW dengan bulan yang banyak dilalaikan oleh orang-orang, mengapa? Karena lalai karena Sya’ban datangnya antara Rajab dan Ramadhan. Manusia disibukkan dengan bulan Rajab yang merupakan bulan Haram, dan disibukkan pula dengan kedatangan bulan Ramadhan. Sangkaan manusia bahwa puasa di bulan Rajab lebih afdhal dari puasa dibulan Sya’ban. Padahal ini adalah anggapan yang salah.
Hadits dari Mu’adz bin Jabal, Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: Sesungguhnya Allah SWT memeriksa pada setiap malam Nisfu Sya’ban. Lalu Dia mengampuni seluruh makhluq-Nya, kecuali yang berbuat syirik atau yang bertengkar dengan saudaranya."(HR Ibnu majah).
Dari hadits tersebut, ada beberapa isyarat:
Bahaya syirik. Hendaknya setiap muslim berhati-hati dalam masalah ini.
Bahaya perselisihan ataupun pertengkaran antara sesama muslim. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa:
Artinya: Sesungguhnya pintu surga dibuka setiap hari senin dan kamis, dan Allah mengampuni semua hamba yang tidak menyekutukan Allah kecuali seseorang yang sedang berselisih dengan saudaranya. Dikatakan: tunggulah mereka hingga mereka berdamai. ( HR. Muslim)
Keutamaan saling memaafkan dan bersikap santun kepada sesama. Sebagian besar masyarakat kita sering melakukan puasa nishfu sya’ban, sementara sebagian lainnya ada pula yang membid’ahkannya. Mengenai hal ini terdapat sebuah riwayat dari Rasulullah SAW dalam hadits berikut:
Artinya: Ali bin Abi Thalib ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Apabila tiba malam pertengahan bulan Sya’ban, maka shalatlah kalian pada malam harinya dan puasalah kalian pada siang harinya. Karena sesungguhnya Allah SWT turun pada waktu tersebut, pada waktu terbenamnya matahari ke langit dunia, kemudian berfirman, ‘Adakah orang yang memohon ampunan pada-Ku, maka akan Aku ampuni dosa-dosanya. Adakah orang yang meminta rizki pada-Ku, maka akan Aku berikan rizki padanya. Adakah orang yang sakit, maka akan aku sembuhkan dari penyakitnya. Adakah orang yang demikian, maka demikian’, hingga terbitnya matahari. (HR. Ibnu Majah)
Amalan di bulan Sya’ban diantaranya adalah dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Dalam sebuah hadist diceritakan:
Artinya: Diriwayatkan dari Aisyah Radhiallahu’anha bahwa: Rasulullah banyak berpuasa (pada bulan Sya’ban), sehingga kita mengatakan beliau tidak pernah berbuka, dan aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali puasa di bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW banyak berpuasa melebihi puasa di bulan Sya’ban. (Muttafaq‘alaih).
Sya’ban merupakan pembukaan bagi bulan Ramadhan, sehingga disunahkan semua amalan-amalan shalih lainnya selain berpuasa. Tilawah Qur’an, shalat sunnah, berakhaqul karimah, menjauhi pertengkaran, dll. Sehingga jika Ramadhan datang, ia telah siap dan terbiasa.
Tujuan puasa di bulan Sya’ban itu adalah sebagai latihan hingga terbiasa, dan ketika memasuki bulan Ramadhan ia akan mudah dan senang untuk menjalankan puasaselama bulan Ramadhan. Kemudian sebagai pelengkap kekurangan puasa wajib. Ibarat shalat rawatib bagi shalat wajib. Kemudian pahala yang agung akan diberi Allah karena dikerjakan pada bulan yang dilalaikan manusia. Ibadah pada waktu yang dilalaikan manusia merupakan suatu fadhilah tersendiri.
Dalam sebuah khutbah Rasulullah pada bulan Sya’ban Ibnu Khuzaimah meriwayatkan bahwa:
Dari sahabat Salman al-Farisi r.a. yang mengatakan: Rasulullah SAW berkhutbah di hadapan kami di akhir bulan sya’banz. Beliau bersabda:
Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkatan, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang Allah telah menjadikan puasanya sebagai suatu kewajiban dan “qiyam” di malam sebagai suatu tathawwu’ (sunnah). Barangsiapa mendekatkan dirinya kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan (sunnah), maka statusnya bagaikan mengerjakan perbuatan wajib di bulan lain. Ramadhan itu bulan sabar, dan sabar itu pahalanya adalah surga. Ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan dan bulan Allah menambah rezeki orang mukmin. Siapa saja yang memberi makan makanan untuk berbuka pada bulan itu kepada orang berpuasa, maka amalannya itu menjadi pengampunan dosanya, kemerdekaan dari neraka, serta ia mendapatkan pahala sebesar pahala orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahala yang bersangkutan.”Para Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah tidaklah semua dari kami memiliki makanan, berbuka bagi orang yang berpuasa?” Rasulullah SAW, bersabda: “ Allah memberikan pahala ini kepada siapa saja yang memberikan sebutir korma, atau seteguk air, atau sehirup susu. Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya merdeka dari neraka. Barangsiapa yang meringankan orang yang dikuasainya (hamba sahaya), niscaya Allah akan mengampuni dosanya dan membebaskannya dari neraka. Karena itu perbanyaklah empat perkara di bulan Ramadhan: dua perkara yang menyenangkan Tuhanmu dan dua perkara yang sangat kalian butuhkan. dua perkara yang bisa menyenangkan Allah adalah Syahadat bahwasannya tiada Tuhan yang menciptakan, memelihara dan wajib disembah melainkan Allah, serta istighfar kepada-Nya. Adapun dua perkara yang sangat kalian butuhkan adalah memohon surga-Nya dan perlindungan dari neraka-Nya. Siapa saja yang memberi minum kepadanya dari air kolamku dengan suatu minuman yang dia tak lagi haus hingga masuk surga”.
Walhamdulillah Rabbil Alamin
Dinamakan Sya’ban karena masyarakat pada waktu itu berpencar untuk mencari air, atau untuk berperang, atau karena bulan ini muncul antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan Sya’ban merupakan persiapan untuk menyambut bulan Ramadhan, agar terbiasa selama bulan Ramadhan. Jika latihan atau persiapan dilakukan, seorang muslim akan menyambut dan berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh rasa giat, tidak malas, karena ia sudah terbiasa.
Bulan sya’ban merupakan bulan diangkatnya amal perbuatan kepada Allah SWT. Dalam sebuah riwayat dikemukakan:
عَنْ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ اْلأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Artinya: Dari Usamah bin Zaid ra berkata, aku bertanya kepada Rasulullah SAW, ‘Wahai Rasulullah SAW, aku tidak melihatmu berpuasa sunnah di bulan-bulan lainnya (sebanyak) engkau berpuasa di bulan sya’ban?’ Beliau bersabda, ‘Ia merupakan bulan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia, yaitu antara rajab dan ramadhan. Dan sya’ban merupakan bulan diangkatnya amal perbuatan manusia kepada Allah SWT, dan aku ingin ketika amalku diangkat dan dilaporkan kepada Allah, aku dalam keadaan berpuasa.’ (HR. Nasa’I dan Abu Dawud)).
Bulan Sya’ban disifati oleh Rasulullah SAW dengan bulan yang banyak dilalaikan oleh orang-orang, mengapa? Karena lalai karena Sya’ban datangnya antara Rajab dan Ramadhan. Manusia disibukkan dengan bulan Rajab yang merupakan bulan Haram, dan disibukkan pula dengan kedatangan bulan Ramadhan. Sangkaan manusia bahwa puasa di bulan Rajab lebih afdhal dari puasa dibulan Sya’ban. Padahal ini adalah anggapan yang salah.
Hadits dari Mu’adz bin Jabal, Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: Sesungguhnya Allah SWT memeriksa pada setiap malam Nisfu Sya’ban. Lalu Dia mengampuni seluruh makhluq-Nya, kecuali yang berbuat syirik atau yang bertengkar dengan saudaranya."(HR Ibnu majah).
Dari hadits tersebut, ada beberapa isyarat:
Bahaya syirik. Hendaknya setiap muslim berhati-hati dalam masalah ini.
Bahaya perselisihan ataupun pertengkaran antara sesama muslim. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa:
Artinya: Sesungguhnya pintu surga dibuka setiap hari senin dan kamis, dan Allah mengampuni semua hamba yang tidak menyekutukan Allah kecuali seseorang yang sedang berselisih dengan saudaranya. Dikatakan: tunggulah mereka hingga mereka berdamai. ( HR. Muslim)
Keutamaan saling memaafkan dan bersikap santun kepada sesama. Sebagian besar masyarakat kita sering melakukan puasa nishfu sya’ban, sementara sebagian lainnya ada pula yang membid’ahkannya. Mengenai hal ini terdapat sebuah riwayat dari Rasulullah SAW dalam hadits berikut:
Artinya: Ali bin Abi Thalib ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Apabila tiba malam pertengahan bulan Sya’ban, maka shalatlah kalian pada malam harinya dan puasalah kalian pada siang harinya. Karena sesungguhnya Allah SWT turun pada waktu tersebut, pada waktu terbenamnya matahari ke langit dunia, kemudian berfirman, ‘Adakah orang yang memohon ampunan pada-Ku, maka akan Aku ampuni dosa-dosanya. Adakah orang yang meminta rizki pada-Ku, maka akan Aku berikan rizki padanya. Adakah orang yang sakit, maka akan aku sembuhkan dari penyakitnya. Adakah orang yang demikian, maka demikian’, hingga terbitnya matahari. (HR. Ibnu Majah)
Amalan di bulan Sya’ban diantaranya adalah dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Dalam sebuah hadist diceritakan:
Artinya: Diriwayatkan dari Aisyah Radhiallahu’anha bahwa: Rasulullah banyak berpuasa (pada bulan Sya’ban), sehingga kita mengatakan beliau tidak pernah berbuka, dan aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali puasa di bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW banyak berpuasa melebihi puasa di bulan Sya’ban. (Muttafaq‘alaih).
Sya’ban merupakan pembukaan bagi bulan Ramadhan, sehingga disunahkan semua amalan-amalan shalih lainnya selain berpuasa. Tilawah Qur’an, shalat sunnah, berakhaqul karimah, menjauhi pertengkaran, dll. Sehingga jika Ramadhan datang, ia telah siap dan terbiasa.
Tujuan puasa di bulan Sya’ban itu adalah sebagai latihan hingga terbiasa, dan ketika memasuki bulan Ramadhan ia akan mudah dan senang untuk menjalankan puasaselama bulan Ramadhan. Kemudian sebagai pelengkap kekurangan puasa wajib. Ibarat shalat rawatib bagi shalat wajib. Kemudian pahala yang agung akan diberi Allah karena dikerjakan pada bulan yang dilalaikan manusia. Ibadah pada waktu yang dilalaikan manusia merupakan suatu fadhilah tersendiri.
Dalam sebuah khutbah Rasulullah pada bulan Sya’ban Ibnu Khuzaimah meriwayatkan bahwa:
Dari sahabat Salman al-Farisi r.a. yang mengatakan: Rasulullah SAW berkhutbah di hadapan kami di akhir bulan sya’banz. Beliau bersabda:
Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkatan, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang Allah telah menjadikan puasanya sebagai suatu kewajiban dan “qiyam” di malam sebagai suatu tathawwu’ (sunnah). Barangsiapa mendekatkan dirinya kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan (sunnah), maka statusnya bagaikan mengerjakan perbuatan wajib di bulan lain. Ramadhan itu bulan sabar, dan sabar itu pahalanya adalah surga. Ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan dan bulan Allah menambah rezeki orang mukmin. Siapa saja yang memberi makan makanan untuk berbuka pada bulan itu kepada orang berpuasa, maka amalannya itu menjadi pengampunan dosanya, kemerdekaan dari neraka, serta ia mendapatkan pahala sebesar pahala orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahala yang bersangkutan.”Para Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah tidaklah semua dari kami memiliki makanan, berbuka bagi orang yang berpuasa?” Rasulullah SAW, bersabda: “ Allah memberikan pahala ini kepada siapa saja yang memberikan sebutir korma, atau seteguk air, atau sehirup susu. Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya merdeka dari neraka. Barangsiapa yang meringankan orang yang dikuasainya (hamba sahaya), niscaya Allah akan mengampuni dosanya dan membebaskannya dari neraka. Karena itu perbanyaklah empat perkara di bulan Ramadhan: dua perkara yang menyenangkan Tuhanmu dan dua perkara yang sangat kalian butuhkan. dua perkara yang bisa menyenangkan Allah adalah Syahadat bahwasannya tiada Tuhan yang menciptakan, memelihara dan wajib disembah melainkan Allah, serta istighfar kepada-Nya. Adapun dua perkara yang sangat kalian butuhkan adalah memohon surga-Nya dan perlindungan dari neraka-Nya. Siapa saja yang memberi minum kepadanya dari air kolamku dengan suatu minuman yang dia tak lagi haus hingga masuk surga”.
Walhamdulillah Rabbil Alamin
Ini adalah isi buletin Jum'at CV. Barito Minang Edisi: 20 Tahun II / Jum’at, 04 Sya’ban 1436 H / 22 Mei 2015 M
Via
Buletin
Marhaban bulan sya'ban.
BalasHapus* Cara Dapat Uang dari Internet *