-->
Telusuri
24 C
id
  • Homepage
  • Tentang Saya
  • Kontak
Malin Parmato
  • Beranda
  • Kategori Postingan
    • Artikel
    • Khazanah Islam
    • Kisah-Kisah
    • Video
    • Photo
  • Photo
    • Video
  • Arsip Lama
  • Video
  • Featured
    • Koleksi Situs Berita
    • Home - Akad Nikah Nursakdiyah
    • Video Graphy
    • Home - Post Search
    • Home - Post Archive
    • Home - Eror 404
    • RTL LanguageNew
    • Tutorial PemogramanNew
Telusuri
Beranda Arsip MASJID RAYA BINGKUDU CANDUANG
Arsip

MASJID RAYA BINGKUDU CANDUANG

Fitra Yadi
Fitra Yadi
30 Agu, 2011 1 0
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Bingkudu - Ahad, 28/08/2011 |

Masjid Raya Bingkudu kebanggaan masyarakat Minangkabau yang terletak di Jorong Bingkudu, V Suku Candung Bawah, kenagarian Canduang Koto Laweh ini adalah tempat disambutnya ratusan perantau Canduang yang tergabung dalam paguyuban IKCK (Ikatan Keluarga Canduang Koto Laweh) oleh Camat, wali nagari, wali-wali jorong dan tokoh-tokoh mayarakat Canduang pada sore Ahad (28/08) ini.

Masjid ini dibangun pada abad ke-18 tepatnya tahun 1813 M yang diprakarsai oleh tokoh-tokoh tujuh nagari (kecamatan Canduang sekarang). Ketujuh nagari itu adalah Canduang, Koto Laweh, Lasi Tuo, Lasi Mudo, Pasanehan, Bukik dan Batabuah. Untuk mencapai masjid ini dari kota Bukittinggi bisa melewat Baso, disimpang Canduang belok arah ke kanan. Dari Bukittinggi berjarak 13 Km dengan lama perjalanan 15- 20 menit. Kalau dari Simpang Canduang berjarak 3 Km dengan lama perjalanan berkisar 5 - 8 menit.

Menurut sejarah yang diterima dari orang-orang tua, masyarakat membangun secara bersama-sama (gotong royong). Luas masjid 21 x 21 M dengan tinggi 37,5 m. Hampir semua material yang pergunakan untuk membuat masjid ini terdiri dari kayu, baik lantai, dinding, maupun tiang-tiangnya. Tiang Macu (tiang besar di tengah ruangan ) Masjid ini di ambil dari Bayuah kenagarian Tanjuang Alam, Kab. Tanah Datar. Tiang dibawa dengan cara di gotong secara estafet oleh masyarakat melalui Koto tinggi Sampai di Masjid Bingkudu. Jalur pengangkutan tiang masjid inilah yang menjadi pembuka jalan (hubungan) antara Batu Sangkar dengan Baso (Kab. Agam), sampai sekarang.

Atap masjid ini dari awal berundak tiga, terbuat dari susunan ijuk. Bangunan ini saat didirikan memakai sistem pasak. Artinya tidak satupun dari komponen penyusun masjid ini yang dilekatkan satu sama lain dengan menggunakan paku. Lampu-lampu minyak yang yang terpajang pada setiap sudut masjid rata-rata juga sudah menjadi barang antik, karena telah berumur ratusan tahun.

Pekarangan di sekitar masjid cukup indah. Terdapat di sini tiga kolam ikan, serta satu kolam besar untuk berwudhuk membuat kesan masjid yang cukup jauh dari pemukiman penduduk itu semakin alami. Dahulunya air tabek ini digunakan untuk berwudhuk dialirkan dengan bambu sepanjang 175 meter dari mata air yang diambil dari tabek (tanah) nya Keturunan Datuak Tan Tuah dari suku Selayan di Lurah. Namun sekarang untuk memperlancar aliran air, salurannya diganti dengan pipa besi.

Selain itu, pada pekarangan masjid juga terdapat sebuah menara dengan ketinggian 30 meter, dengan tangga naik berbentuk spiral. Seperti kebanyakan masjid yang ada. Di atas menara ini dulu terdapat Cenang (Gong) Besar yang dibunyikan setiap datang waktu shalat, menara ini juga digunakan untuk mengumandangkan azan, terutama saat belum ada pengeras suara. Di dekat jalan ke arah menara terdapat sebuah Tabuah (beduk) Besar yang di bunyikan setiap sebelum azan.

Pada tahun 1957, atap masjid yang terbuat dari ijuk, diganti masyarakat dengan seng. Itu dilakukan karena ijuk yang yang mengatapi ruangan masjid dari hujan dan panas telah lapuk. Dua tahun kemudian dilakukan renovasi dan pemugaran terhadap bangunan masjid yang lainnya. Pada tahun 1999, masjid ini diserahkan kepada Pemkab Agam, dan ditetapkan sebagai salah satu bangun cagar budaya di Agam. Dua tahun setelah itu, masjid mengalami pemugaran secara keseluruhan. “Atapnya yang dulu seng dikembalikan ke ijuk. Kemudian bagian-bagian yang lapuk diganti dan serta dicat lagi sebagaimana aslinya”.

Aktivitas keagamaan tetap berlangsung di tempat ini samapai sekarang. Baik untuk shalat berjamaah setiap hari, shalat Jumat, serta ibadah lainnya. Pada saat bulan Ramadhan 1432 H ini, intensitas kunjungan masyarakat terhadap masjid sangat tinggi. Uniknya dimasjid ini Jama'ah tarawih ada dua dalam satu masjid. Yaitu jama'ah shalat 11 dan jama'ah shalat 23. Sejak awal beridirinya masjid, jama'ah masjid raya Bingkudu ini shalat Tarawih 23 rakaat, namun belakangan banyak yang meninggalkan masjid setelah rakaat ke-8 karena mereka melaksanakan shalat witir di rumah masing-masing. Karena banyaknya yang pulang, maka ada ide untuk shalat witir di masjid. Atas kesepakatan pengurus sidang, maka yang shalat delapan menutup shalat dengan witir berimam-imam sedagkan yang shalat 23 rakaat melanjutkan shalatnya sampai usai. Uniknya mereka sering sama-sama usai melaksanakan shalat dan tadarussan bersama pula.

Seperti sekarang beberapa bagian dari bangunan pasca direnovasi tahun 1992, juga haru mendapat pembenahan lagi. “Warga juga telah melakukan perbaikan, tetapi memang semampunya. Keinginan masyaraakat itu karena ingin masjid ini bisa dinikmati sampai kapanpun sebagai tempat beribadah.” Kondisi perbaikan yang dilakukan masyarakat menjadikan keaslian bangunan awal juga tidak dapat dimungkiri telah berubah. Di lingkungan Masjid terdapat Surau Bulek yang digunakan sebagai tempat Akad Nikah. | CMC-003

---------------------
Sebahagian teks dikutip dari Buya H. Masoed Abidin
Via Arsip
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru
Fitra Yadi
Fitra Yadi Guru, jurnalis, aktifis

Anda mungkin menyukai postingan ini

1 komentar

  1. firdausJumat, Maret 14, 2014 11:40:00 PM

    tempat orang tua saya lahir((hj awe) dan tidak jauh dari amak saya nur suttan malenggang(pak enggang)

    BalasHapus
    Balasan
      Balas
Tambahkan komentar
Muat yang lain...

Silahkan tinggalkan komentar anda setelah membaca blog ini dengan bahasa yang sopan dan lugas.

- Advertisment -
Responsive Advertisement
- Advertisment -
Responsive Advertisement
Fitra Yadi Malin Parmato
Lihat Profil Lengkap saya
 


Tutorial Edit Video

Kdenlive - Freedom Video Editing


Stay Conneted

twitter Follow
instagram Follow
pinterest Follow

Featured Post

Khutbah Idul Adha 2025: Spirit Kurban Jadikan Sebagai Wujud Kepedulian Sosial

Fitra Yadi- 17.39 0
Khutbah Idul Adha 2025: Spirit Kurban Jadikan Sebagai Wujud Kepedulian Sosial
Masjid Nurul Hidayah Naskah Khutbah Idul Adha Hari / Tanggal Pelaksanaan 10 Dzulhijjah 1446 H - Jum'at, 6…

Most Popular

Khutbah Jum'at - Pemimpin Idaman

Khutbah Jum'at - Pemimpin Idaman

09.59
Video - Masak Nasi Goreng

Video - Masak Nasi Goreng

08.24
Teknik Reportase

Teknik Reportase

08.32
Khutbah Idul Adha 2025: Spirit Kurban Jadikan Sebagai Wujud Kepedulian Sosial

Khutbah Idul Adha 2025: Spirit Kurban Jadikan Sebagai Wujud Kepedulian Sosial

17.39
KISAH DIBALIK MUSIBAH JATUHNYA "SAHA" DI BUKIK POSUAK BAGIAN IV

KISAH DIBALIK MUSIBAH JATUHNYA "SAHA" DI BUKIK POSUAK BAGIAN IV

13.11
MUNAJAT PARA PERINDU DI 17 RAMADHAN 1436 H

MUNAJAT PARA PERINDU DI 17 RAMADHAN 1436 H

00.42
KARENA NAKAL MURID INI DI DROP OUT, SETELAH TAHU BAGROUNNYA AKU JADI KASIHAN

KARENA NAKAL MURID INI DI DROP OUT, SETELAH TAHU BAGROUNNYA AKU JADI KASIHAN

07.48

Recent Comments

Follow Us On Instagram @fitrayadi1980

Malin Parmato

About Us

Guru Ngaji, Guru Pesantren, Jurnalis, Praktisi IT, Relawan Kemanusiaan.

Selengkapnya: Tentang Saya

Follow Us

© Layout by Fitra Yadi Malin Parmato
  • Beranda
  • Tentang Saya
  • Kontak