Arsip
Khutbah
KHUTBAH IDUL FITRI 1437 H - KEMBALI KEPADA AWAL PENCIPTAAN
KEMBALI KEPADA AWAL PENCIPTAAN
Khutbah Idul Fitri 1 Syawal 1437 H
Disampaikan oleh: F. Malin Parmato
Di masjid Al-Munawarah jorong Ujuang Guguak nagari Padang Tarok kecamatan Baso, Kabupaten Agam Sumatera Barat
Pada pagi Rabu, 6 Juli 2016 M
Kontek: Transkrip lisan
----------------------------------------------------------------------------
Puji serta syukur senantiasa kita haturkan ke Hadirat Allah SWT. atas nikmat, rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada kita.
Shalawat beserta salam tidak lupa pula kita kirimkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW.
Khatib berwasiat kepada kita bersama "marilah tingkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. hendaknya nanti ketika kita wafat, mati dalam keadaan Islam yang sempurna".
Sebagaimana yang khatib bacakan tadi Surat Al-A’raf Ayat 172, artinya adalah:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (QS: Al-A’raf: 172).
Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah...
Sekarang kita berkumpul di sini, di dalam masjid yang kita cintai ini, masjid Al-Munawarah jorong Ujuang Guguak nagari Padang Tarok kecamatan Baso, kabupaten Agam. Tercatat pada data Kementerian agama masjid ini telah berusia 90 tahun. Berdiri sejak tahun 1926 di atas tanah waqaf suku Pili Ujuang Guguak.
Pagi ini kaum muslimin serentak melaksanakan shalat Idul Fitri 1 Syawal tahun 1437 Hijriyah yang bertepatan dengan hari Rabu, 6 Juli tahun 2016 Masehi. Walaupun demikian kemaren Senin tanggal 4 juli Puluhan jemaah Tarekat Naqsabandiyah, di Mushalla Baitul Makmur, Kelurahan Binuang, Kecamatan Pauh, Kota Padang, yang dipimpin oleh Buya Syafri Malin Mudo telah terlebih dahulu merayakan hari Idul Fitri. Demikian juga di pesisir danau Mawang, kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, jemaah An Nazir telah melaksanakan shalat Idul Fitri pula pada pagi Selasa tanggal 5 Juli kemaren.
Menurut hisab Buya Drs. H. Zul Efendi, M.Ag dosen IAIN Bukittinggi yang tersebar melalui jadwal Imsakiyah Ramadhan yang tertempel di masjid, mushalla dan rumah-rumah kita disebutkan bahwa Ijtima' awal Syawal adalah pada hari Senin kemaren, tanggal 4 Juli, dua hari yang lalu. Ijtima' terjadi pada pukul 18"02"53 Wib. atau jam 6 lewat 3 menit sore sebelum waktu berbuka, dengan posisi Hilal 1"20"19 derjat di bawah ufuk. Namun setelah dirukyah bulan tidak terlihat maka Ramadhan digenapkan 30 hari.
Ijtima' itu adalah posisi bulan dan matahari terletak pada satu garis lurus seakan berdempet, tidak lama kemudian matahari akan terbenam di barat mendahului bulan. Sedangkan hilal adalah bulan sabit muda pertama yang bisa dilihat setelah terjadinya Ijtima'. Kemudian Ufuk adalah garis yang membatasi pandangan antara bumi dan langit.
Ijtimak saja terjadi dibawah garis pandang kita yang tertutup bumi di barat sana, bagaimana kita bisa melihatnya dengan mata. Maka setelah menyempurnakan Ramadhan 30 hari lalu sejak magrib hari Selasa kemaren masuklah tanggal 1 Syawal 1437 Hijriyah, lalu kita merayakan Idul Fitri.
Nabi S.AW. bersabda:
Artinya: “Berpuasalah kalian karena melihatnya, berbukalah kalian karena melihatnya dan sembelihlah kurban karena melihatnya pula. Jika hilal itu tertutup dari pandangan kalian, sempurnakanlah menjadi tiga puluh hari, jika ada dua orang saksi, berpuasa dan berbukalah kalian. (HR. Bukhari dan Muslim).
Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah...
Sudah umum pada masyarakat kita menyebut Idul Fitri dengan istilah hari raya dan lebaran. Jadi ada tiga sebutan, yaitu Idul Fitri, hari raya Idul Fitri dan lebaran Idul Fitri.
Ditilik dari asal katanya, Idul Fitri berasal dari bahasa Arab yang berarti kembali makan setelah sebulan menahan. Sedangkan hari Raya dalam kamus bahasa Indonesia berarti memperingati, membesarkan, memulyakan, dan dipestakan. Sedangkan lebaran menurut Gus Mus berasal dari bahasa Jawa yang berarti lebar-an lebih luas. Lebih luas pintu maaf. Lebaran itu juga laburan (Jawa: mengecat). Yaitu ngelabur omah (mengecat rumah) agar tampak lebih indah. Lebaran juga liburan, liburan yang paling panjang adalah libur di sekitar hari raya idul fitri.
Sekarang kaum muslimin keluar mengumandangkan takbir, bersalaman dengan sesama sembari berucap ma’af dan selamat, berpakaian rapi, saling bersilaturrahmi sesama saudara dan tetangga. Sekarang jalan rami kampuang barisi, perantau pulang kampung merayakan hari raya Idul Fitri atau berlebaran.
Idul Fitri di negeri kita ini begitu identik dengan tradisi mudik, halal bihalal, kesuka citaan, hidangan kue lebaran dan lain sebagainya. Namun apakah makna sebenarnya dari Hari Raya Idul Fitri?, diantaranya yaitu:
Idul Fitri juga bisa diartikan sebagai puncak atau klimaks dari pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Idul Fitri sendiri memiliki keterkaitan makna dengan tujuan akhir yang ingin diraih dari pelaksanaan kewajiban berpuasa. Idul Fitri secara bahasa atau etimologi bisa berarti Hari Raya Kesucian atau bisa juga diartikan sebagai Hari Kemenangan umat Islam. Kemenangan disini adalah bentuk dari kemenangan dalam menggapai kesucian atau perwujudan dari kembali kepada keadaan fitrah (Fitri).
“Kembali kepada fitrah” merupakan pengertian yang mudah dipahami dari keberhasilan yang diperoleh setelah berakhirnya pelaksanaan ibadah puasa. Beberapa sumber juga menganalogikan Idul Fitri atau Lebaran sebagai jalan menuju kepada keadaan fitrah manusia layaknya seperti seorang bayi yang baru dilahirkan, bersih dan tanpa dosa. Hal ini didasari oleh sebuah hadits Rasulullah SAW yaitu :
“Barangsiapa yang melaksanakan ibadah Shaum selama satu bulan penuh dengan penuh keimanan kepada Allah maka apabila ia memasuki Idul Fitri ia akan kembali menjadi fitrah seperti bayi (Tiflul) dalam rahim ibunya”. (HR Bukhari).
Menurut pendapat ahli Tashauf kata “Idul Fithri” diartikan sebagai “kembali kepada Penciptaan". Dalam bahasa Arab akar kata Fitri berasal dari kata Al Fathir yang bisa berubah menjadi kata Al Fithrah, Al Fathrah atau Al Futhura. Dalam Surah Faathir ayat 1 dikatakan:
Artinya: Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS Faathir 35 : 1).
Jadi pengertian Idul Fitri itu adalah kembali kepada Pencipta atau kembali ke awal Penciptaan. Yaitu kembali lagi kita kepada kondisi sebagaimana awal penciptaan dulu menjelang Aqil Baligh. Dimana ketika itu kita tidak berdosa, tidak ada permusuhan, tidak ada iri dengki, ikhlas dan pasrah dengan semua ketentuan Allah.
Sebagaimana ayat yang khatib bacakan di pembukaan khutbah tadi pada Surah al-A'raf ayat 172 dikatakan bahwa:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (QS: Al-A’raf: 172).
Seorang bayi dalam kandungan sebenarnya sudah bersyahadah atau telah menyaksikan Wujud Tuhannya dengan mata rohaninya. Hal itu dikarenakan sifat ma’ani dan rohaninya masih berfungsi dengan baik, belum terpengaruh oleh hawa nafsu yang berada pada jasadnya. Sehingga seorang bayi yang masih berada dalam kandungan dapat dikategorikan masih suci baik lahir maupun batin. Bayi dalam kandungan ibu itu sedang melakukan suatu Laku Islam Yang Sejati yaitu laku Musyahadah kepada Allah dengan berserah diri secara total kepada Allah SWT.
Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah...
Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah...
Artinya: Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.
Nafsu Mutmainnah ini adalah nafsu yang membuat pemiliknya tenang dalam ketaatan. Nafsu ini telah mendapat rahmat Allah S.W.T. dan manusia yang mendapatkan nafsu ini akan mendapat reda Allah S.W.T. di dunia dan akhirat. Orang ini akan mendapat "husnul Khatimah" di akhir hidupnya sebagai pintu menuju syurga Allah S.W.T.
Firman Allah S.W.T.: “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diredai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Surah al-Fajr ayat 27-30)
Orang yang memiliki nafsu mutmainnah dapat mengawal nafsu syahwat dengan baik dan sentiasa cenderung melakukan kebaikan. Juga mereka mudah bersyukur dan qanaah di mana segala kesenangan hidup tidak membuat dia lupa diri, menerima anugerah Ilahi seadanya dan kesusahan yang dialami pula tidak menjadikan dirinya gelisah. Ini disebabkanhatinya ada ikatan yang kuat kepada Allah. Mereka juga mudah reda dengan ketetapan dan ujian Allah.
Imam Al-Ghazali meletakkan nafsu ini di tahap yang tertinggi dalam kehidupan manusia. Semoga Allah S.W.T. golongkan kita dalam nafsu yang hebat ini.
Kedua: Nafsu Lawwamah. Nafsu ini adalah nafsu yang sudah mengenal baik dan buruk. Nafsu tercela kerana kelalaian tuannya melaksanakan peraturan-peraturan Allah.
Nafsu ini mengarahkan pemiliknya untuk menentang kejahatan, tetapi suatu saat jika ia lalai beribadah kepada Allah S.W.T, maka ia akan terjerumus kepada dosa. Orang yang memiliki nafsu ini tidak tetap pendirian untuk menjalankan ketaatan dan meninggalkan perbuatan dosa.
Firman Allah S.W.T. maksudnya : “(Tetapi) kerana mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Surah al-Maidah ayat 13).
Orang yang memiliki nafsu lawwamah sebegini memiliki jiwa menyesali perbuatan salah lakunya dan berinisiatif untuk kembali ke landasan yang benar.
Contohnya semalam melakukan dosa dan perkara maksiat yang dilarang disisi agama . Hari ini dia sedar akan kesilapannya kerana terlalu mengikut nafsu, lalu ia insaf dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. Orang yang banyak dikuasai nafsu lawwamah juga mudah membaiki diri dan mudah terima teguran orang lain.
Ia juga tidak mudah hanyut dalam kesesatan yang membinasakan diri baik dalam kehidupan dunia mahupun akhirat. Selain dari itu, nafsu lawwamah juga sering memikirkan baik buruk, halal haram, betul salah, berdosa ataupun tidak dalam segala tindakan. Jelas nafsu Lawwamah ini lebih baik dari nafsu amarah bissu'.
Ketiga: Nafsu Ammarah Bissu. Nafsu ini sangat berbahaya apabila melekat pada diri seseorang manusia sebab ia suka mengarahkan manusia kepada perbuatan dan perilaku yang dilarang agama.
Firman Allah S.W.T. maksudnya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), kerana sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Surah Yusof ayat 53)
Ini adalah nafsu yang paling jahat dan paling zalim. Jika ia berbuat kejahatan, dia berbangga dengan kejahatannya. Dalam keadaan terdesak ia akan berkata" Siapa yang coba-coba mengalangiku, tanggung akibatnya!” Bayangkanlah, kalau orang macam ini jadi pemimpin dan berkuasa.
Nafsu amarah tidak dapat dikawal dengan sempurna oleh hati. Sekiranya hati tidak dapat meminta bantuan ilmu, hikmah kebijaksanaan dan akal, hati akan binasa. Justru itu, seseorang itu mudah terjerumus ke arah perbuatan yang melanggar syariat, tidak beradab, tidak berperi kemanusiaan, bertindak mengikut sesuka hati, zalim serta pelbagai keburukan dan bencana kepada diri dan sekitarnya.
Kita akan susah untuk menegur orang yang berkesilapan karena melakukan kesalahan akibat nafsu amarah bissu'i ini. Keras kepala! Nafsu ammarah menduduki tahap paling rendah dalam kehidupan manusia, malah sebenarnya lebih rendah daripada binatang. Ini kerana binatang tidak mempunyai akal, sedangkan manusia mempunyai akal. Mari kita memohon kepada Allah SWT semoga kita dijauhkan dari nafsu amarah ini.
Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah...
Al Alim Al Alamah Al Habib Zein Bin Ibrahim Bin Sumaith Hafidzahullah berkata:
- Barangsiapa yang sebelum Ramadhan suka tidur setelah Subuh, Maka sekarang ia tidak lagi suka tidur setelah subuh, melainkan Berdzikir kepada Allah sampai Matahari terbit.
- Barangsiapa yang sebelum Ramadhan tidak bangun malam untuk beribadah, maka setelah Ramadhan ia menjadi orang yang suka menghidupkan malam.
- Barangsiapa yang sebelum Ramadhan tidak mengindahkan Shalat berjamaah, maka setelah Rama
dhan ia selalu menjaga shalat Berjamaah.
- Barangsiapa yang sebelum Ramadhan tidak menyukai Ilmu dan ulama' maka setelah Ramadhan ia menjadi orang yang suka kepada ilmu dan Ulama’.
- Barangsiapa yang sebelum Ramadhan tidak mengindahkan shalat-shalat sunnah, maka setelah Ramadhan ia senantiasa menjaga untuk melakukan shalat-sahalat sunnah.
- Barangsiapa yang sebelum Ramadhan suka mengunjing, maka setelah Ramadhan ia tidak melakukan nya lagi.
- Barangsiapa yang sebelum Ramadhan suka durhaka kepada kedua orang tua nya, maka setelah Ramadhan ia menjadi orang yang berbuat kebajikan kepada kedua orang tua nya, melayani dengan hak-hak nya.
- Barangsiapa yang sebelum Ramadhan suka memutuskan tali keluarga, maka setelah Ramadhan ia menjadi orang yang menjalin silaturahim kepada sanak kerabat.
Beginilah dalam Hal kebaikan ia menjadi lebih baik, inilah tanda-tanda di terima nya amalan ibadah di bulan Ramadhan, dan tanda-tanda di bebaskannya dari api neraka. Adapun jika yang terjadi malah sebalik nya, wal iyadzu billah, maka ia menjadi orang yang terhalang dari kebaikan, merugi, sebab segala sesuatu tidak naik meningkat, maka ia telah mensia-siakan umurnya secara cuma-cuma. Sebagai gantinya ia tidak maju kedepan, melainkan malah mundur ke belakang.
Saudara kaum Muslimin yang dirahmati Allah SWT...
Islam adalah agama yang sempurna. Yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Islam memberi solusi terhadap seluruh problematika kehidupan, baik masalah ’akidah, ibadah, moral, akhlak, muamalah, rumah tangga, bertetangga, politik, kepemimpinan, maupun ekonomi.
Barang siapa yang sebelum Ramadhan tidak memiliki kepekaan terhadap kesusahan karib-kerabat serta tetangganya, maka setelah Ramadhan ia akan menjadi orang yang sangat peduli terhadap sesamanya.
Orang yang bertaqwa akan selalu berusaha bersimpati dan berempati terhadap kesusahan orang lain serta berusaha mencari jalan keluar baginya dengan tujuan untuk menyelamatkan akidahnya, akhlaknya, dan amal perbuatannya.
Sementara sekarang masih dalam suasana Idul Fitri mungkin kita ada yang melihat gaya hidup glamor sebagian saudara-saudara kita. Mereka hidup gemerlapan dengan pakaian serba baru dan mahal. Berkendaraan serba baru dan mahal. Suka main ke tempat hiburan yang berkelas. Gaya bicara yang meninggi, dan lain sebagainya.
Bisa jadi orang seperti itu amalan Ramadhannya tidak diterima oleh Allah SWT. atau bisa jadi mereka memang tidak beramal sama sekali.
Semoga barang siapa yang sebelum Ramadhan seperti itu, maka setelah Ramadhan ia menjadi pribadi yang ikhlas, ta’at, rendah hati, tidak sombong, sederhana, tidak mubazir dan bersahaja hendaknya.
Mungkin kita ada membaca selebaran, panflet, poster di dinding-ding yang isinya seperti ini “dalam rangka memeriahkan Idul Fitri hari kemenangan, kami mengundang anda semuanya untuk datang berpartisipasi dalam acara organ tunggal serta lelang singgang ayam semalam suntuk yang dimeriahkan oleh ratu-ratu goyang .... “ Astaghfirullah.
NA’UDZUBILLAH..... jelas-jelas baru siap Ramadhan, namun mereka merayakan Idul Fitri dengan mengumbar nafsu. Ini pertanda bahwa amalan Ramadhannya tidak diterima oleh Allah SWT. atau memang mereka tidak beramal Ramadhan sama sekali.
Semoga barang siapa yang sebelum Ramadhan suka mengumbar nafsu dan syahwat, maka setelah Ramadhan ini hendaknya ia menjadi orang yang selalu menjaga diri.
Sebelum Ramadhan mungkin ada yang suka makan makanan mewah tanpa memperdulikan tetangganya yang berkekurangan makanan. Bahkan mereka liatpun dia tetap cuek tanpa terbetik untuk berbagi. Semoga habis Ramadhan ini ia menjadi pribadi yang sangat peduli dengan jiran-tetangganya dan suka bersedekah.
Demikian itu adalah wujud ketaqwaan sebagaimana yang disebutkan dalam QS. al-Baqarah ayat 183 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang yang sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang yang BERTAQWA”.
Saudara kaum muslimin....!
Puasa melatih kita untuk bersimpati dan berempati terhadap perasaan dan kesusahan orang lain. Kita akan mudah merasakan bagaimana rasanya bila berada pada posisi orang tersebut.
Kelaparan, kehausan, lemah tidak berdaya sudah kita rasa tatkala di siang bulan Ramadhan. Kita tahu bagaimana rasanya lapar, kita juga tahu bagaimana rasanya lemah tidak berdaya. Dengan demikian bila kita punya kelebihan harta tentunya akan berbagi dengan saudara-saudara yang lebih lemah dari kita.
Tentunya kita sadar, untuk apa berfoya-foya menggunakan uang membeli barang dan hal-hal yang tidak berguna manfaat, pada Idul Fitri ini masih banyak saudara-saudara kita yang berkekurangan makanan, pakaian serta tempat tinggal di sekitar kita.
Tentunya kita juga sadar, bahwa tidak guna berpakaian berlebihan mewah sedangkan di sekitar kita masih banyak saudara-saudara kita yang hanya bisa melihat dengan pandangan sayu karena didera miskin papa.
Pasti kita juga sadar bahwa tidak guna menghambur-hamburkan uang membeli mercun dan petasan, hanya sekedar untuk membakar duit menghambur-hamburkan uang saja sedangkan di sekitar kita masih banyak orang yang memerlukan uluran tangan kita meminta bantuan untuk membangunan fasilitas sosial, anak yatim, rumah jompo, panti asuhan dan lain sebagainya.
Demikian juga bagi orang yang rajin dan ta’at berpuasa, setelah Ramadhan ia tidak melakukan foya-foya, tidak menghambur-hamburkan harta, tidak melakukan sesuatu perbuatan yang haram. Ia suka bangun subuh, shalat berjama’ah di masjid, berzikir sampai matahari terbit, tidak durhaka kepada orang tua, tidak bergunjing, sangat mencintai alim-ulama, sangat menyukai membaca alquran, bangun di sepertiga malam melaksanakan qiyamullail, namun ia acuh tak acuh saja dengan penderitaan orang lain, ia tidak peduli dengan maksiat yang dilakukan orang lain. Ia hanya memikirkan bagaimana menyelematkan diri sendiri saja. Maka ketahuilah bahwa puasanya juga belum sempurna bermanfaat bagi dirinya.
Puasa Ramadhan juga melatih kita untuk peka terhadap kehidupan sosial bermasyarakat. Baik buruknya lingkungan kita, juga menjadi tanggung jawab kita. Kita juga tidak boleh hanya shaleh sendiri saja, tetapi juga shaleh sosial bersama orang lain.
Seperti inilah kondisi kita hendaknya, bersih suci dalam penyerahan diri kepada Allah SWT. setelah melaksanakan sebulan berpuasa.
Istilah bahasa kekinian, kembali kepada bentuk awal penciptaan ini bisa diistilahkan dengan “kembali ke pengaturan awal” RESET ULANG.
Khutbah Idul Fitri 1 Syawal 1437 H
Disampaikan oleh: F. Malin Parmato
Di masjid Al-Munawarah jorong Ujuang Guguak nagari Padang Tarok kecamatan Baso, Kabupaten Agam Sumatera Barat
Pada pagi Rabu, 6 Juli 2016 M
Kontek: Transkrip lisan
----------------------------------------------------------------------------
خطبة الأول
اللّه أكبر . اللّه أكبر . اللّه أكبر . اللّه أكبر . اللّه أكبر . اللّه أكبر . اللّه أكبر . اللّه أكبر . اللّه أكبر. اللّه أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا. لا اله الا الله وحده. صدق وعده. ونصر عبده. واعزّ جنده. وهزم الأحزاب وحده. لا اله الا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون. الله أكبر ولله الحمد.
الحمد لله سهل للعباد طريق العبادة ويسر. ووفاهم اجور أعمالهم من خزائن جوده التى لا تحصر. وجعل لهم يوم عيد يعود عليهم فى كل سنة ويتكرر وزكى ابدانهم من درن السيئات و طهّر.
أحمده سبحانه وهو المستحق لانّ يحمد ويشكر.
أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له الملك العظيم الاكبر.الذى جعل لكل شيئ وقتا واجلا وقدر.
وأشهد ان سيدنا محدا عبده ورسوله الشافع المشفع فى المحشر.
اللهم صلّ وسلّم على عبدك سيدنا محمد وعلى آله و أصحابه الذين أذهب الله عنهم الرجس و طهر.
اما بعد: فيا ايها الناس اتقوا الله تعالى واعلموا ان يومكم هذا يسمى يوم الجوائز.
فيرجع فيه من المصلى كل بما قسم له فائز. فالمحسنون يجدون فى صحافهم العز والكرامة. والمذنبون يجدون الخيبة والندامة.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ {الأعراف: 172}
صدق الله العظيم
Kaum Muslimin dan Muslimat jama'ah shalat Idul Fitri rahimakumullah...
Shalawat beserta salam tidak lupa pula kita kirimkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW.
Khatib berwasiat kepada kita bersama "marilah tingkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. hendaknya nanti ketika kita wafat, mati dalam keadaan Islam yang sempurna".
Sebagaimana yang khatib bacakan tadi Surat Al-A’raf Ayat 172, artinya adalah:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (QS: Al-A’raf: 172).
Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah...
Pagi ini kaum muslimin serentak melaksanakan shalat Idul Fitri 1 Syawal tahun 1437 Hijriyah yang bertepatan dengan hari Rabu, 6 Juli tahun 2016 Masehi. Walaupun demikian kemaren Senin tanggal 4 juli Puluhan jemaah Tarekat Naqsabandiyah, di Mushalla Baitul Makmur, Kelurahan Binuang, Kecamatan Pauh, Kota Padang, yang dipimpin oleh Buya Syafri Malin Mudo telah terlebih dahulu merayakan hari Idul Fitri. Demikian juga di pesisir danau Mawang, kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, jemaah An Nazir telah melaksanakan shalat Idul Fitri pula pada pagi Selasa tanggal 5 Juli kemaren.
Menurut hisab Buya Drs. H. Zul Efendi, M.Ag dosen IAIN Bukittinggi yang tersebar melalui jadwal Imsakiyah Ramadhan yang tertempel di masjid, mushalla dan rumah-rumah kita disebutkan bahwa Ijtima' awal Syawal adalah pada hari Senin kemaren, tanggal 4 Juli, dua hari yang lalu. Ijtima' terjadi pada pukul 18"02"53 Wib. atau jam 6 lewat 3 menit sore sebelum waktu berbuka, dengan posisi Hilal 1"20"19 derjat di bawah ufuk. Namun setelah dirukyah bulan tidak terlihat maka Ramadhan digenapkan 30 hari.
Ijtima' itu adalah posisi bulan dan matahari terletak pada satu garis lurus seakan berdempet, tidak lama kemudian matahari akan terbenam di barat mendahului bulan. Sedangkan hilal adalah bulan sabit muda pertama yang bisa dilihat setelah terjadinya Ijtima'. Kemudian Ufuk adalah garis yang membatasi pandangan antara bumi dan langit.
Ijtimak saja terjadi dibawah garis pandang kita yang tertutup bumi di barat sana, bagaimana kita bisa melihatnya dengan mata. Maka setelah menyempurnakan Ramadhan 30 hari lalu sejak magrib hari Selasa kemaren masuklah tanggal 1 Syawal 1437 Hijriyah, lalu kita merayakan Idul Fitri.
Nabi S.AW. bersabda:
صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ وَانْسُكُوا لَهَا فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا ثَلَاثِينَ فَإِنْ شَهِدَ شَاهِدَانِ فَصُومُوا وَأَفْطِرُوا
Artinya: “Berpuasalah kalian karena melihatnya, berbukalah kalian karena melihatnya dan sembelihlah kurban karena melihatnya pula. Jika hilal itu tertutup dari pandangan kalian, sempurnakanlah menjadi tiga puluh hari, jika ada dua orang saksi, berpuasa dan berbukalah kalian. (HR. Bukhari dan Muslim).
Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah...
Ditilik dari asal katanya, Idul Fitri berasal dari bahasa Arab yang berarti kembali makan setelah sebulan menahan. Sedangkan hari Raya dalam kamus bahasa Indonesia berarti memperingati, membesarkan, memulyakan, dan dipestakan. Sedangkan lebaran menurut Gus Mus berasal dari bahasa Jawa yang berarti lebar-an lebih luas. Lebih luas pintu maaf. Lebaran itu juga laburan (Jawa: mengecat). Yaitu ngelabur omah (mengecat rumah) agar tampak lebih indah. Lebaran juga liburan, liburan yang paling panjang adalah libur di sekitar hari raya idul fitri.
Sekarang kaum muslimin keluar mengumandangkan takbir, bersalaman dengan sesama sembari berucap ma’af dan selamat, berpakaian rapi, saling bersilaturrahmi sesama saudara dan tetangga. Sekarang jalan rami kampuang barisi, perantau pulang kampung merayakan hari raya Idul Fitri atau berlebaran.
Idul Fitri juga bisa diartikan sebagai puncak atau klimaks dari pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Idul Fitri sendiri memiliki keterkaitan makna dengan tujuan akhir yang ingin diraih dari pelaksanaan kewajiban berpuasa. Idul Fitri secara bahasa atau etimologi bisa berarti Hari Raya Kesucian atau bisa juga diartikan sebagai Hari Kemenangan umat Islam. Kemenangan disini adalah bentuk dari kemenangan dalam menggapai kesucian atau perwujudan dari kembali kepada keadaan fitrah (Fitri).
Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah...
“Barangsiapa yang melaksanakan ibadah Shaum selama satu bulan penuh dengan penuh keimanan kepada Allah maka apabila ia memasuki Idul Fitri ia akan kembali menjadi fitrah seperti bayi (Tiflul) dalam rahim ibunya”. (HR Bukhari).
Menurut pendapat ahli Tashauf kata “Idul Fithri” diartikan sebagai “kembali kepada Penciptaan". Dalam bahasa Arab akar kata Fitri berasal dari kata Al Fathir yang bisa berubah menjadi kata Al Fithrah, Al Fathrah atau Al Futhura. Dalam Surah Faathir ayat 1 dikatakan:
الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۚ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah...
Jadi pengertian Idul Fitri itu adalah kembali kepada Pencipta atau kembali ke awal Penciptaan. Yaitu kembali lagi kita kepada kondisi sebagaimana awal penciptaan dulu menjelang Aqil Baligh. Dimana ketika itu kita tidak berdosa, tidak ada permusuhan, tidak ada iri dengki, ikhlas dan pasrah dengan semua ketentuan Allah.
Sebagaimana ayat yang khatib bacakan di pembukaan khutbah tadi pada Surah al-A'raf ayat 172 dikatakan bahwa:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (QS: Al-A’raf: 172).
الله أكبر الله أكبرالله أكبر ولله الحمد
Itulah Fitrah kita. Hal ini bisa kita contohkan seperti hp kita, ketika baru dibeli kecepatannya stabil, bersih, jernih. Tetapi kemudian ia berubah lelet, loading lama karena banyaknya junk file, berkas ampah, virus dan penyimpanan yang melebihi kapasitas. Kemudian dilakukan perawatan, dikembalikan ke pengaturan awal pabrik, direset, instal lagi aplikasi baru. Insyaallah hpnya akan berjalan bagus lagi sebagaimana pertama-tama dibeli dulu.
Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah...
Kemaren terjadi kebakaran di Sarilamak. Bukit Pauh dekat pasar Sarilamak terbakar bakda Zuhur hari Selasa tanggal 5 Juli kemaren. Abu beterbangan kemana-mana, asap menutupi Pusat Perkantoran di sana. Kantor Bupati, kantor DPRD, Kantor yang lainnya gelap karena asap. Kantor-kantor itu terletak di bukit itu juga. 6 Unit Pemadam kebakaran diturunkan BPBD kabupaten 50 kota untuk menanganinya. Alhamdulillah dalam beberapa jam saja api dapat dikendalikan.
Kita ambil pelajaran dari Api, di rumah kita masing-masing ada korek api. Berbahaya tidak... korek api berbahaya tidak... tidak. Korek api disimpan di rumah-rumah untuk keperluan memasak dan lain-lain, berguna bagi kita. Kalau api itu sudah menyala di kompor, berbahaya tidak... tidak. tinggal diletakkan periuk, kuali. lalu masaklah makanan. Tetapi kalau apinya sudah setinggi tegak berbahaya tidak... ya bahaya.. bisa habis rumah kita. Satu kampung bisa musnah.
Sekarang korek api itu ada dalam dada kita. namanya Nafsu. Terdapat Tiga Jenis Nafsu Manusia di Jelaskan Oleh Al-Quran.
Pertama: Nafsu Mutmainnah. Yaitu Nafsu ini adalah nafsu yang paling di redai Allah. Keredaan tersebut terlihat pada anugrah yang diberikan-Nya berupa senantiasa berzikir, ikhlas, mempunyai karomah, dan memperoleh kemuliaan, sementara kemuliaan yang diberikan Allah S.W.T itu bersifat universal, artinya jika Allah memuliakannya, siapa pun tidak akan bisa menghinakannya, demikian pula sebaliknya orang yang dihinakan oleh Allah S.W.T, siapa pun tidak boleh memuliakannya. Surat Yusuf Ayat 53
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
Nafsu Mutmainnah ini adalah nafsu yang membuat pemiliknya tenang dalam ketaatan. Nafsu ini telah mendapat rahmat Allah S.W.T. dan manusia yang mendapatkan nafsu ini akan mendapat reda Allah S.W.T. di dunia dan akhirat. Orang ini akan mendapat "husnul Khatimah" di akhir hidupnya sebagai pintu menuju syurga Allah S.W.T.
Firman Allah S.W.T.: “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diredai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Surah al-Fajr ayat 27-30)
Orang yang memiliki nafsu mutmainnah dapat mengawal nafsu syahwat dengan baik dan sentiasa cenderung melakukan kebaikan. Juga mereka mudah bersyukur dan qanaah di mana segala kesenangan hidup tidak membuat dia lupa diri, menerima anugerah Ilahi seadanya dan kesusahan yang dialami pula tidak menjadikan dirinya gelisah. Ini disebabkanhatinya ada ikatan yang kuat kepada Allah. Mereka juga mudah reda dengan ketetapan dan ujian Allah.
Imam Al-Ghazali meletakkan nafsu ini di tahap yang tertinggi dalam kehidupan manusia. Semoga Allah S.W.T. golongkan kita dalam nafsu yang hebat ini.
Kedua: Nafsu Lawwamah. Nafsu ini adalah nafsu yang sudah mengenal baik dan buruk. Nafsu tercela kerana kelalaian tuannya melaksanakan peraturan-peraturan Allah.
Nafsu ini mengarahkan pemiliknya untuk menentang kejahatan, tetapi suatu saat jika ia lalai beribadah kepada Allah S.W.T, maka ia akan terjerumus kepada dosa. Orang yang memiliki nafsu ini tidak tetap pendirian untuk menjalankan ketaatan dan meninggalkan perbuatan dosa.
Firman Allah S.W.T. maksudnya : “(Tetapi) kerana mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Surah al-Maidah ayat 13).
Orang yang memiliki nafsu lawwamah sebegini memiliki jiwa menyesali perbuatan salah lakunya dan berinisiatif untuk kembali ke landasan yang benar.
Contohnya semalam melakukan dosa dan perkara maksiat yang dilarang disisi agama . Hari ini dia sedar akan kesilapannya kerana terlalu mengikut nafsu, lalu ia insaf dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. Orang yang banyak dikuasai nafsu lawwamah juga mudah membaiki diri dan mudah terima teguran orang lain.
Ia juga tidak mudah hanyut dalam kesesatan yang membinasakan diri baik dalam kehidupan dunia mahupun akhirat. Selain dari itu, nafsu lawwamah juga sering memikirkan baik buruk, halal haram, betul salah, berdosa ataupun tidak dalam segala tindakan. Jelas nafsu Lawwamah ini lebih baik dari nafsu amarah bissu'.
Ketiga: Nafsu Ammarah Bissu. Nafsu ini sangat berbahaya apabila melekat pada diri seseorang manusia sebab ia suka mengarahkan manusia kepada perbuatan dan perilaku yang dilarang agama.
Firman Allah S.W.T. maksudnya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), kerana sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Surah Yusof ayat 53)
Ini adalah nafsu yang paling jahat dan paling zalim. Jika ia berbuat kejahatan, dia berbangga dengan kejahatannya. Dalam keadaan terdesak ia akan berkata" Siapa yang coba-coba mengalangiku, tanggung akibatnya!” Bayangkanlah, kalau orang macam ini jadi pemimpin dan berkuasa.
Nafsu amarah tidak dapat dikawal dengan sempurna oleh hati. Sekiranya hati tidak dapat meminta bantuan ilmu, hikmah kebijaksanaan dan akal, hati akan binasa. Justru itu, seseorang itu mudah terjerumus ke arah perbuatan yang melanggar syariat, tidak beradab, tidak berperi kemanusiaan, bertindak mengikut sesuka hati, zalim serta pelbagai keburukan dan bencana kepada diri dan sekitarnya.
Kita akan susah untuk menegur orang yang berkesilapan karena melakukan kesalahan akibat nafsu amarah bissu'i ini. Keras kepala! Nafsu ammarah menduduki tahap paling rendah dalam kehidupan manusia, malah sebenarnya lebih rendah daripada binatang. Ini kerana binatang tidak mempunyai akal, sedangkan manusia mempunyai akal. Mari kita memohon kepada Allah SWT semoga kita dijauhkan dari nafsu amarah ini.
Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah...
Sekarang marilah kita hisab-hisab lagi diri kita masing-masing. Apakah pada hari ini kita sudah kembali kepada fithrah? Mari kita uji. Coba perhatikan apakah ada terdapat pada diri kita tanda-tanda diterimanya amalan Ramadhan atau tidak?
Al Alim Al Alamah Al Habib Zein Bin Ibrahim Bin Sumaith Hafidzahullah berkata:
- Barangsiapa yang sebelum Ramadhan suka tidur setelah Subuh, Maka sekarang ia tidak lagi suka tidur setelah subuh, melainkan Berdzikir kepada Allah sampai Matahari terbit.
- Barangsiapa yang sebelum Ramadhan tidak bangun malam untuk beribadah, maka setelah Ramadhan ia menjadi orang yang suka menghidupkan malam.
- Barangsiapa yang sebelum Ramadhan tidak mengindahkan Shalat berjamaah, maka setelah Rama
dhan ia selalu menjaga shalat Berjamaah.
- Barangsiapa yang sebelum Ramadhan tidak menyukai Ilmu dan ulama' maka setelah Ramadhan ia menjadi orang yang suka kepada ilmu dan Ulama’.
- Barangsiapa yang sebelum Ramadhan tidak mengindahkan shalat-shalat sunnah, maka setelah Ramadhan ia senantiasa menjaga untuk melakukan shalat-sahalat sunnah.
- Barangsiapa yang sebelum Ramadhan suka mengunjing, maka setelah Ramadhan ia tidak melakukan nya lagi.
- Barangsiapa yang sebelum Ramadhan suka durhaka kepada kedua orang tua nya, maka setelah Ramadhan ia menjadi orang yang berbuat kebajikan kepada kedua orang tua nya, melayani dengan hak-hak nya.
- Barangsiapa yang sebelum Ramadhan suka memutuskan tali keluarga, maka setelah Ramadhan ia menjadi orang yang menjalin silaturahim kepada sanak kerabat.
Beginilah dalam Hal kebaikan ia menjadi lebih baik, inilah tanda-tanda di terima nya amalan ibadah di bulan Ramadhan, dan tanda-tanda di bebaskannya dari api neraka. Adapun jika yang terjadi malah sebalik nya, wal iyadzu billah, maka ia menjadi orang yang terhalang dari kebaikan, merugi, sebab segala sesuatu tidak naik meningkat, maka ia telah mensia-siakan umurnya secara cuma-cuma. Sebagai gantinya ia tidak maju kedepan, melainkan malah mundur ke belakang.
Saudara kaum Muslimin yang dirahmati Allah SWT...
Islam adalah agama yang sempurna. Yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Islam memberi solusi terhadap seluruh problematika kehidupan, baik masalah ’akidah, ibadah, moral, akhlak, muamalah, rumah tangga, bertetangga, politik, kepemimpinan, maupun ekonomi.
Barang siapa yang sebelum Ramadhan tidak memiliki kepekaan terhadap kesusahan karib-kerabat serta tetangganya, maka setelah Ramadhan ia akan menjadi orang yang sangat peduli terhadap sesamanya.
Orang yang bertaqwa akan selalu berusaha bersimpati dan berempati terhadap kesusahan orang lain serta berusaha mencari jalan keluar baginya dengan tujuan untuk menyelamatkan akidahnya, akhlaknya, dan amal perbuatannya.
Sementara sekarang masih dalam suasana Idul Fitri mungkin kita ada yang melihat gaya hidup glamor sebagian saudara-saudara kita. Mereka hidup gemerlapan dengan pakaian serba baru dan mahal. Berkendaraan serba baru dan mahal. Suka main ke tempat hiburan yang berkelas. Gaya bicara yang meninggi, dan lain sebagainya.
Bisa jadi orang seperti itu amalan Ramadhannya tidak diterima oleh Allah SWT. atau bisa jadi mereka memang tidak beramal sama sekali.
Semoga barang siapa yang sebelum Ramadhan seperti itu, maka setelah Ramadhan ia menjadi pribadi yang ikhlas, ta’at, rendah hati, tidak sombong, sederhana, tidak mubazir dan bersahaja hendaknya.
Mungkin kita ada membaca selebaran, panflet, poster di dinding-ding yang isinya seperti ini “dalam rangka memeriahkan Idul Fitri hari kemenangan, kami mengundang anda semuanya untuk datang berpartisipasi dalam acara organ tunggal serta lelang singgang ayam semalam suntuk yang dimeriahkan oleh ratu-ratu goyang .... “ Astaghfirullah.
NA’UDZUBILLAH..... jelas-jelas baru siap Ramadhan, namun mereka merayakan Idul Fitri dengan mengumbar nafsu. Ini pertanda bahwa amalan Ramadhannya tidak diterima oleh Allah SWT. atau memang mereka tidak beramal Ramadhan sama sekali.
Semoga barang siapa yang sebelum Ramadhan suka mengumbar nafsu dan syahwat, maka setelah Ramadhan ini hendaknya ia menjadi orang yang selalu menjaga diri.
Sebelum Ramadhan mungkin ada yang suka makan makanan mewah tanpa memperdulikan tetangganya yang berkekurangan makanan. Bahkan mereka liatpun dia tetap cuek tanpa terbetik untuk berbagi. Semoga habis Ramadhan ini ia menjadi pribadi yang sangat peduli dengan jiran-tetangganya dan suka bersedekah.
Demikian itu adalah wujud ketaqwaan sebagaimana yang disebutkan dalam QS. al-Baqarah ayat 183 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang yang sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang yang BERTAQWA”.
Saudara kaum muslimin....!
Puasa melatih kita untuk bersimpati dan berempati terhadap perasaan dan kesusahan orang lain. Kita akan mudah merasakan bagaimana rasanya bila berada pada posisi orang tersebut.
Kelaparan, kehausan, lemah tidak berdaya sudah kita rasa tatkala di siang bulan Ramadhan. Kita tahu bagaimana rasanya lapar, kita juga tahu bagaimana rasanya lemah tidak berdaya. Dengan demikian bila kita punya kelebihan harta tentunya akan berbagi dengan saudara-saudara yang lebih lemah dari kita.
Tentunya kita sadar, untuk apa berfoya-foya menggunakan uang membeli barang dan hal-hal yang tidak berguna manfaat, pada Idul Fitri ini masih banyak saudara-saudara kita yang berkekurangan makanan, pakaian serta tempat tinggal di sekitar kita.
Tentunya kita juga sadar, bahwa tidak guna berpakaian berlebihan mewah sedangkan di sekitar kita masih banyak saudara-saudara kita yang hanya bisa melihat dengan pandangan sayu karena didera miskin papa.
Pasti kita juga sadar bahwa tidak guna menghambur-hamburkan uang membeli mercun dan petasan, hanya sekedar untuk membakar duit menghambur-hamburkan uang saja sedangkan di sekitar kita masih banyak orang yang memerlukan uluran tangan kita meminta bantuan untuk membangunan fasilitas sosial, anak yatim, rumah jompo, panti asuhan dan lain sebagainya.
Demikian juga bagi orang yang rajin dan ta’at berpuasa, setelah Ramadhan ia tidak melakukan foya-foya, tidak menghambur-hamburkan harta, tidak melakukan sesuatu perbuatan yang haram. Ia suka bangun subuh, shalat berjama’ah di masjid, berzikir sampai matahari terbit, tidak durhaka kepada orang tua, tidak bergunjing, sangat mencintai alim-ulama, sangat menyukai membaca alquran, bangun di sepertiga malam melaksanakan qiyamullail, namun ia acuh tak acuh saja dengan penderitaan orang lain, ia tidak peduli dengan maksiat yang dilakukan orang lain. Ia hanya memikirkan bagaimana menyelematkan diri sendiri saja. Maka ketahuilah bahwa puasanya juga belum sempurna bermanfaat bagi dirinya.
Puasa Ramadhan juga melatih kita untuk peka terhadap kehidupan sosial bermasyarakat. Baik buruknya lingkungan kita, juga menjadi tanggung jawab kita. Kita juga tidak boleh hanya shaleh sendiri saja, tetapi juga shaleh sosial bersama orang lain.
Seperti inilah kondisi kita hendaknya, bersih suci dalam penyerahan diri kepada Allah SWT. setelah melaksanakan sebulan berpuasa.
Istilah bahasa kekinian, kembali kepada bentuk awal penciptaan ini bisa diistilahkan dengan “kembali ke pengaturan awal” RESET ULANG.
جعل الله لنا واياكم من العائدين الفائزين السائلين الغانمين المقبولين. وادخلنا و اياكم فى زمرة عباده الصالحين.
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
و اما من خاف مقام ربه ونهى النفس عن الهوى. فان الجنة هى المأوى. وقل رب اغفر وارحم ونت خير الراحمين.
خطبة الثانى
الله أكبر . الله أكبر . الله أكبر . الله أكبر . الله أكبر . الله أكبر . الله أكبر
الله أكبر كبيرا والمحد لله كثيرا وسبحان الله بكرة و اصيلا. لا اله الا الله و الله اكبر ولله الحمد.
الحمد لله الذى جعل الاعياد بالأفراح والسرور. وضاعف للمتقين جزيل الاجور. وكمل الضيافة فى يوم العيد لعموم المؤمنين بسعيهم المشكور.
اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له العفو الغفور.
واشهد ان سيدنا ومولانا محمدا عبده ورسوله الذى نال من ربه ما لم ينله مقرب و لا رسول مطهر مبرور.
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد النبي الامي وعلى آله و اصحابه الذين كانوا يرجون يجارة لن تبور. و سلم تسليما كثيرا.
اما بعد
فيا أيها الاخوان ! اتقوا الله تعالى واعلموا يا اخوانى رحمكم الله ان يومكم هذا يوم عظيم يتجلى الله فيه على عباده من كل مقيم و مسافر. فيباهى لكم ملائكته و انتم مكبرون فيه اظهارا لشعائره فى كل مكان طاهر.
فقال الله تعالى ولم يزل قائلا عليما.
ان الله و ملائكته يصلون على النبى يآيها الذين امنوا صلوا عليه و سلموا تسليما.
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم.
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الاحياء منهم والاموات.
اللهم ادفع عنا الغلاء والبلاء والفحشآء والمنكر والقحط والوباء السيوف المختلفة والشدائد والمراض والمحن والفتن ما ظهر منها وما بطن من بلدنا هذا خاصة ومن بلدان المسلمين عامة انك على كل شيئ قدير.
ربنا اغفرلنا ولاخواننا الذين سبقونا بالأيمان ولا تجعل فى قلوبنا غلا للذين امنوا ربنا انك رئوف رحيم.
Ya Allah jika di saat ini, ada keluarga dan sahabat kami yang sakit, sembuhkanlah dia.
Jika ada saat ini keluarga dan sahabat kami yang bermasalah, beri lah jalan keluar untuk dia.
Jika ada di saat ini keluarga dan sahabat kami yang kesempitan rezeki, kau lapangkanlah rezekinya.
Jika ada di saat ini keluarga dan sahabat kami yang tidak baikan antara satu sama lainnya maka damaikan lah mereka.
Jika ada disaat ini keluarga dan sahabat kami yang sesat duniawinya, kurniakan Nur kepada dia.
Jika disaat ini ada keluarga dan sahabat kami yang lalai, maka kurniakan lah Hidayah Mu kepada dia.
Jika ada saat ini ada keluarga dan sahabat kami yang bersedih hati, maka kembalikan lah keceriaan diwajahnya.
Jika disaat ini ada keluarga dan sahabat kami yang berada di persimpangan jalan yang berliku, tunjukkan lah jalan yg diridhai oleh Mu.
Berikan kami semua kesempatan untuk berjumpa kembali di Ramadhan tahun depan.
Terimalah puasa dan segala amalan kami ya Allah.
Jika ada saat ini keluarga dan sahabat kami yang bermasalah, beri lah jalan keluar untuk dia.
Jika ada di saat ini keluarga dan sahabat kami yang kesempitan rezeki, kau lapangkanlah rezekinya.
Jika ada di saat ini keluarga dan sahabat kami yang tidak baikan antara satu sama lainnya maka damaikan lah mereka.
Jika ada disaat ini keluarga dan sahabat kami yang sesat duniawinya, kurniakan Nur kepada dia.
Jika disaat ini ada keluarga dan sahabat kami yang lalai, maka kurniakan lah Hidayah Mu kepada dia.
Jika ada saat ini ada keluarga dan sahabat kami yang bersedih hati, maka kembalikan lah keceriaan diwajahnya.
Jika disaat ini ada keluarga dan sahabat kami yang berada di persimpangan jalan yang berliku, tunjukkan lah jalan yg diridhai oleh Mu.
Berikan kami semua kesempatan untuk berjumpa kembali di Ramadhan tahun depan.
Terimalah puasa dan segala amalan kami ya Allah.
عباد الله! ان الله يأمر بالعدل والأحسان و ايتاء ذى القربى وينهى عن الفحشآء والمنكر والبغي يعظكم لعلم تذكرون. اذكروا الله العظيم يذكركم واسئلوه من فضله يعطيكم ويهديكم ولذكر الله اكبر.
Via
Arsip
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda setelah membaca blog ini dengan bahasa yang sopan dan lugas.