KISAH DIBALIK MUSIBAH JATUH DI BUKIK POSUAK MAEK BAGIAN VIII
Ilustrasi aksi 411 |
Sudah dua hari aku menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) dr. Achmad Darwis Suliki kabupaten Lima Puluh Kota. Sekarang
adalah hari Selasa tanggal 1 November 2016, tiga hari lagi, tepatnya
pada Jum'at, 4 November 2016 kaum muslimin akan menggelar ABI II (Aksi
Bela Islam yang ke-2) di Jakarta, sebelumnya aku berencana akan
mengikuti Aksi Damai 411 itu bersama Ormas Front Pembela Islam Sumatera
Barat, namun melihat kondisi sekarang tidak mungkin rasanya barangkat.
Dari
hasil scan Rontgen kemaren diketahui aku mengalami luka retak di dalam
tulang punggung sedangkan pinggangku hanya cidera saja. Alhamdulillah
tidak sampai patah, dokter menganjurkan supaya aku membeli Korset Tulang
Belakang untuk terapi.
Bekas luka di muka, tangan dan di kakiku
akibat tergores ranting kayu kemaren sudah menghitam, di separoh wajahku
nampak bekas kulit hitam mengelupas, hidungku gatal-gatal karena
bulunya sudah panjang menjulur keluar, kuku tangan dan kakiku kotor,
jelek sekali nampaknya.
Setelah lepas dari penderitaan rasa sakit
akibat menahan sesak pipis kemaren, kenikmatan kedua yang aku rasakan
adalah tatkala mendapatkan gundar gigi. Tiga hari tidak menggosok gigi,
hilang jadinya rasa percaya diri. Ketika itu pengen sekali rasanya mau
mandi, namun belum dibolehkan. Istriku mengelap badanku saja dengan air
hangat, kotoran-kotoran yang menempel ia bersihkan dengan teliti
kemudian pakaianku pun ia ganti.
Ada sedikit ketakutan yang tidak
beralasan menghampiriku, aku khawatir akan keberlangsungan status
kelaki-lakianku. Pasalnya sudah dua kali subuh aku tandai ayam di
kandangku tidak berkokok, bendera di anjunganku tidak berkibar tatkala
menyambut mentari pagi. Istriku senyum-senyum saja mendengarkan ketika
aku ceritakan keganjilan ini.
Setiap hari istriku bolak-balik
dari rumah sakit ke rumah kami di Sarilamak untuk menjemput pakaian,
mencuci dan mengurus beberapa pekerjaan rumah lainnya, dua orang
kerabatku Uda Del dan Uni Yosi dengan setia menemaniku setiap hari di
rumah sakit, anakku Abdul Halim tinggal di rumah bersama neneknya
menjaga warung.
Karib-kerabatku dari Agam dan Tanah Datar datang
membesukku, demikian juga teman-teman, dunsanak sasurau, tetangga rumah,
panitia MTQ, polisi dan ada juga pengurus FPI. Kawan-kawan penasaran
ingin mendengarkan cerita yang sebenarnya dariku tentang peristiwa naas
kronologis jatuhnya aku di lurah Bukik Posuak itu.
Ustazd Busra
Khatib Alam Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Front Pembela Islam (FPI)
Sumatera Barat bersama ikhwan-ikhwan aktifis FPI lainnya datang dari
Bukittinggi membesukku. Beliau menginformasikan kondisi terkini mengenai
persiapan keberangkatan jama'ah ke Jakarta untuk menghadiri Aksi Damai
411. Aku jelas saja tidak bisa ikut, namun banyak hal urusan
keberangkatan itu berkaitan denganku karena aku adalah sekretaris DPD
FPI Sumatera Barat. Aku serahkan saja semua urusan kepada ketua, mereka
memakluminya dan menyarankan supaya aku beristirahat saja.
Ibu
Erika Mardiana petugas medis yang kemaren membantu mengevakuasiku dari
Bukit Posuak tadi ia ke sini bersama temannya Rika juga namanya petugas
medis Puskesmas Banja Laweh, kemaren ia ikut juga bersama relawan
lainnya mencariku. Tadi ia lama di sini memberi bantuan konseling
kepadaku. Ia nampak begitu perhatian kepada kami, bukan hanya sebagai
petugas medis namun sebenarnya ia juga ada hubungan keluarga dengan
istriku.
Tadi malam Ibu Erika Mardiana juga datang ke sini bersama
suami dan anak-anaknya tuk mendengarkan curhatan-curhatanku, konseling
mengenai kegelisahan dan kegundahan hatiku, mengurangi beban perasaan
yang datang menghampiri, seperti rasa malu, iba, tidak berdaya,
menyusahkan dan beragam perasaan negatif lainnya. Ia terus berupaya
membangkitkan fikiran-fikiran positifku membuang jauah perasaan negativ.
Padahal malam itu ia masih kelelahan, ngilu-ngilu di badannya belum
hilang.
Bapak Nato Putra Sahabatku, semalam ia juga ke sini
bersama istri dan anaknya. Semalam ia menceritakan bagaimana
perjuangannya bersama kepala jorong, beberapa orang petugas medis dan
anggota polisi lainnya menelusuri jejak mencari koordinat tempat aku
jatuh. Sesampainya di Bukit Posuak asam uratnya kambuh, tidak bisa lagi
melanjutkan pencarian.
Seorang anggota Polsek Suliki yang kemaren
ikut mengevakuasiku datang pula membesuk bersama keluarganya, aku lupa
namanya. Ia nampak kelelahan, badannya sakit-sakit menanduku. Aku
berucap terimakasih atas bantuan yang diberikannya, kemudian kami
ketawa-ketawa bersama mengulang-ngulang kisah Saha yang galir lagi banyak aka.
Bapak
Budi Mulia direktur radio Total FM beserta anak dan istrinya juga
datang membesukku, ia memberi tahuku bahwa alat-alat live report radio
kemaren sudah diambilnya di posko utama panitia MTQ. Ia menceritakan
suasana malam itu di Palansiangan, masyarakat Maek beramai-ramai datang
membawa nasi bungkus, kopi, gula dan snack untuk petugas dan relawan
yang turun ke lapangan.
Wali nagari Maek Afri Hendra sore itu
menginstruksikan kepala-kepala jorong untuk memberi pengumuman di
pengeras suara masjid dan mushalla di jorong masing-masing untuk meminta
partisipasi masyarakat menyumbangkan nasi dan makanan untuk relawan.
Bukan hanya masyarakat Maek, bantuan juga datang dari nagari Banja
Laweh, masyarakat Guntuang malam itu turun ke Maek membawa nasi bungkus
dan makanan kecil lainnya. Subhanallah... terharu rasanya. Aku berucap
syukur dan berdoa semoga amal mereka dibalasi dengan pahala yang
berlipat ganda oleh Allah Swt.
Kepala Kantor Kementerian Agama
Kab. 50 Kota Drs. H. Gusman Piliang, MM bersama Kepala Seksi Bimas Islam
Drs. Naharudin datang pula membesukku di RSUD dr. Achmad Darwis Suliki
tersebut. Menyusul Kadis Kominfo Kabupaten Agam bapak Monisfar, S.Sos
bersama rekan-rekan yang dulu seperjuangan denganku di portal berita
Canduang Media Center. Kemudian datang pula pak Editia Warman rekanku
penyiar Radio Total FM yang juga bertugas di Damkar Suliki. Hadir pula
membesukku guru-guru rekan sesama pengajar dulu di Ponpes MTI Canduang
bersama santri-santri.
Aku begitu senang terasa, suasana ramai seperti baralek,
aku seperti orang penting saja, dimana orang-orang sangat
memperhatikanku. Namun ketika jam besuk sudah habis, tinggallah aku
dengan kelelahan. Punggungku terasa panas berkeringat, aku miringkan
badan menikmati tidur sampai waktu shalat datang.
Bersambung ke:
KISAH DIBALIK MUSIBAH JATUH DI BUKIK POSUAK MAEK BAGIAN IX
(Sedang ditulis,... )
Baca juga:
KISAH DIBALIK MUSIBAH JATUHNYA SAYA DARI BUKIK POSUAK MAEK I
KISAH DIBALIK MUSIBAH JATUHNYA SAYA DI BUKIK POSUAK MAEK BAGIAN II
KISAH DIBALIK MUSIBAH JATUHNYA SAYA DI BUKIK POSUAK MAEK BAGIAN III
KISAH DIBALIK MUSIBAH JATUHNYA "SAHA" DI BUKIK POSUAK BAGIAN IV
KELANJUTAN KISAH DIBALIK MUSIBAH JATUHNYA "MALIN" DI BUKIK POSUAK MAEK BAGIAN V
KISAH DIBALIK MUSIBAH JATUH DI BUKIK POSUAK MAEK BAGIAN VI
KISAH DIBALIK MUSIBAH JATUH DI BUKIK POSUAK MAEK BAGIAN VII
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Last Update: Ahad, 15 Maret 2020, pukul 15:04 WIb.
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda setelah membaca blog ini dengan bahasa yang sopan dan lugas.