artikel
Buletin
RAHMATAN LIL-‘ALAMIN DAN TOLERANSI TERHADAP PENGANUT AGAMA LAIN
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ والصلاة والسلام على سيدنا محمد الصادق الوعد الأمين
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya sempurnalah segala kebaikan. Shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang amat terpercaya dalam berjanji.
Sebagai orang Minangkabau kita menganut paham: Adat basandi Syara’, Syara’ basandi Kitabullah, Syara’ mangato Adat mamakai. Artinya bahwa adat di Minangkabau bersendi kepada Syari’ah. Syari’ah yang dimaksud adalah Dinul Islam. Bila bertentangan dengan Islam maka batallah adatnya. Dan apa-apa yang disyari’atkan oleh Islam maka dipakaikan secara adat.
Sejarah menulis bahwa masyarakat Minangkabau amat terbuka dengan orang luar. Terbukti pada pengangkatan Adityawarman sebagai Raja di Pagaruyung, dan para laki-laki yang tinggal dalam rumah suatu pesukuan bukanlah berasal dari suku itu sendiri, tetapi ia adalah pendatang, orang luar yang menikah dengan perempuan suku itu, ia disebut sumando. Orang Minangkabau dapat menerima orang luar dan budaya yang berbeda dengan kebudayaanya.
Orang-orang lain yang tinggal secara adat di Minangkabau wajib dihormati dan dijaga. Begitulah adat kita etnis perantau ini, ketika berada di negeri orang akan terasalah oleh kita bagaimana seharusnya menghormati tamu.
Namun demikian,kita wajib menjaga diri, jangan sampai Cupak dialiahh dek panggaleh, jalan dianjak urang lalu. Baik secara adat, budaya, apalagi masalah Agama.
Dengan orang lain yang berbeda keyakinan Allah tidak melarang kita untuk hidup secara sosial bermu’amalah bersama mereka.
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS: Al-Mumtahanah Ayat: 8)
Dan bahkan bila orang musyrik sekalipun datang minta perlindungan kepada kita, maka lindungilah ia.
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (QS: At-Taubah Ayat: 6)
Mereka yang berlainan keyakinan dan hidup berlindung dengan kita disebut Ahlu Dzimmah. Mereka mendapatkan perlakukan dan hak yang sama dengan kaum Muslim. Harta dan darah mereka terjaga sebagaimana terjaganya darah dan harta kita. Bahkan Rasulullah SAW. menyatakan dalam banyak hadis, bahwa siapa menyakiti mereka tak ubahnya menyakiti kaum Muslim. Diriwayatkan Al-Khathib dari Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah SAW. berkata:
مَنْ اَذَى ذِمِّيًا فَأَناَ خَصَمَه يَوْمَ القِيَامَةِ، وَمَنْ خَاصَمْتُه خَصَمْتُه
Artinya: Siapa saja yang menyakiti dzimmi maka aku berperkara dengan dia. Siapa saja yang berperkara dengan aku, maka aku akan memperkarakan dia pada Hari Kiamat.
Hiduplah berlemah-lembut dan berkasih sayang, saling toleransi dan berlapang-lapang dengan mereka. Jangan ganggu keyakinan mereka. Biarlah mereka beramal sesuai dengan keyakinan mereka. Bagimu amalanmu dan bagi kami amalan kami. لكم أعمالكم ولنا أعمالنا . Sebagaimana dalam Surah Al-Kaafiruun Ayat: 6 dikatakan لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.
Jelas disebutkan disana bahwa Agama ku adalah untukku dan agamu adalah untukmu. Tegas disebutkan Allah di sana. Maka hendaknya kita menjadi Rahmat bagi Alam semesta seperti yang difirman Allah SWT.
وما اأرسلناك الا رحمة للعالمين
Artinya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam).” (QS al-Anbiya’ : 107)
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS: Saba' Ayat: 28)
Sebagai pengejawantahan dari ayat-ayat ini, seorang Muslim dalam interaksinya dengan orang lain, selain harus menerapkan watak rahmatan lil-‘alamin, juga bertanggungjawab menyebarkan misi basyiran wa nadziran lil-‘alamin, dan tidak boleh menghilangkan misi dakwah yang dibawa oleh Islam itu sendiri.
Karena kita bertanggungjawab menerapkan basyiran wa nadziran lil-‘alamin, Islam melarang umatnya berinteraksi dengan non Muslim dalam hal-hal yang dapat menghapus misi dakwah Islam terhadap mereka. Misalnya, memberikan khotbah dalam acara kebaktian agama lain, dan acara ritual agama lain dengan alasan itu adalah “Islam rahmatan lil-‘alamin”. Kegiatan-kegiatan semacam itu justru mengaburkan makna rahmatan lil-‘alamin yang berkaitan erat dengan misi dakwah Islam.
اللهم لا علم لنا إلا ما علمتنا إنك أنت العليم الحكيم, اللهم علمنا ما ينفعنا, وانفعنا بما علمتنا, وزدنا علماً, وأرنا الحق حقاً, وارزقنا اتباعه, وأرنا الباطل باطلاً, وارزقنا اجتنابه, واجعلنا ممن يستمعون القول فيتبعون أحسنه, وأدخلنا برحمتك في عبادك الصالحين.
Artinya: Ya Allah, tidaklah ada ilmu kami kecuali hanya apa-apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Ya Allah, ajarkanlah kepada Kami apa-apa yang bermanfa’at bagi kami dan berilah kemanfaatan kepada kami atas ilmu yang kami miliki. Tambahkanlah kepada kami ilmu dan nampakkanlah kepada kami bahwa yang benar itu adalah benar dan beri rizqilah kami untuk mengikutinya. Dan nampakkanlah kepada kami bahwa yang salah itu adalah salah dan beri rezqilah kami untuk menjauhinya. Dan jadikanlah kami termasuk diantara orang-orang yang mendengarkan perkataan dan mengikuti yang baik darinya. Dan masukkanlah kami dengan rahmat-Mu termasuk kedalam bahagian hamba-hamba-Mu yang Shaleh. | Fitra Yadi
.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya sempurnalah segala kebaikan. Shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang amat terpercaya dalam berjanji.
Sebagai orang Minangkabau kita menganut paham: Adat basandi Syara’, Syara’ basandi Kitabullah, Syara’ mangato Adat mamakai. Artinya bahwa adat di Minangkabau bersendi kepada Syari’ah. Syari’ah yang dimaksud adalah Dinul Islam. Bila bertentangan dengan Islam maka batallah adatnya. Dan apa-apa yang disyari’atkan oleh Islam maka dipakaikan secara adat.
Sejarah menulis bahwa masyarakat Minangkabau amat terbuka dengan orang luar. Terbukti pada pengangkatan Adityawarman sebagai Raja di Pagaruyung, dan para laki-laki yang tinggal dalam rumah suatu pesukuan bukanlah berasal dari suku itu sendiri, tetapi ia adalah pendatang, orang luar yang menikah dengan perempuan suku itu, ia disebut sumando. Orang Minangkabau dapat menerima orang luar dan budaya yang berbeda dengan kebudayaanya.
Orang-orang lain yang tinggal secara adat di Minangkabau wajib dihormati dan dijaga. Begitulah adat kita etnis perantau ini, ketika berada di negeri orang akan terasalah oleh kita bagaimana seharusnya menghormati tamu.
Namun demikian,kita wajib menjaga diri, jangan sampai Cupak dialiahh dek panggaleh, jalan dianjak urang lalu. Baik secara adat, budaya, apalagi masalah Agama.
Dengan orang lain yang berbeda keyakinan Allah tidak melarang kita untuk hidup secara sosial bermu’amalah bersama mereka.
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS: Al-Mumtahanah Ayat: 8)
Dan bahkan bila orang musyrik sekalipun datang minta perlindungan kepada kita, maka lindungilah ia.
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (QS: At-Taubah Ayat: 6)
Mereka yang berlainan keyakinan dan hidup berlindung dengan kita disebut Ahlu Dzimmah. Mereka mendapatkan perlakukan dan hak yang sama dengan kaum Muslim. Harta dan darah mereka terjaga sebagaimana terjaganya darah dan harta kita. Bahkan Rasulullah SAW. menyatakan dalam banyak hadis, bahwa siapa menyakiti mereka tak ubahnya menyakiti kaum Muslim. Diriwayatkan Al-Khathib dari Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah SAW. berkata:
مَنْ اَذَى ذِمِّيًا فَأَناَ خَصَمَه يَوْمَ القِيَامَةِ، وَمَنْ خَاصَمْتُه خَصَمْتُه
Artinya: Siapa saja yang menyakiti dzimmi maka aku berperkara dengan dia. Siapa saja yang berperkara dengan aku, maka aku akan memperkarakan dia pada Hari Kiamat.
Hiduplah berlemah-lembut dan berkasih sayang, saling toleransi dan berlapang-lapang dengan mereka. Jangan ganggu keyakinan mereka. Biarlah mereka beramal sesuai dengan keyakinan mereka. Bagimu amalanmu dan bagi kami amalan kami. لكم أعمالكم ولنا أعمالنا . Sebagaimana dalam Surah Al-Kaafiruun Ayat: 6 dikatakan لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.
Jelas disebutkan disana bahwa Agama ku adalah untukku dan agamu adalah untukmu. Tegas disebutkan Allah di sana. Maka hendaknya kita menjadi Rahmat bagi Alam semesta seperti yang difirman Allah SWT.
وما اأرسلناك الا رحمة للعالمين
Artinya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam).” (QS al-Anbiya’ : 107)
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS: Saba' Ayat: 28)
Sebagai pengejawantahan dari ayat-ayat ini, seorang Muslim dalam interaksinya dengan orang lain, selain harus menerapkan watak rahmatan lil-‘alamin, juga bertanggungjawab menyebarkan misi basyiran wa nadziran lil-‘alamin, dan tidak boleh menghilangkan misi dakwah yang dibawa oleh Islam itu sendiri.
Karena kita bertanggungjawab menerapkan basyiran wa nadziran lil-‘alamin, Islam melarang umatnya berinteraksi dengan non Muslim dalam hal-hal yang dapat menghapus misi dakwah Islam terhadap mereka. Misalnya, memberikan khotbah dalam acara kebaktian agama lain, dan acara ritual agama lain dengan alasan itu adalah “Islam rahmatan lil-‘alamin”. Kegiatan-kegiatan semacam itu justru mengaburkan makna rahmatan lil-‘alamin yang berkaitan erat dengan misi dakwah Islam.
اللهم لا علم لنا إلا ما علمتنا إنك أنت العليم الحكيم, اللهم علمنا ما ينفعنا, وانفعنا بما علمتنا, وزدنا علماً, وأرنا الحق حقاً, وارزقنا اتباعه, وأرنا الباطل باطلاً, وارزقنا اجتنابه, واجعلنا ممن يستمعون القول فيتبعون أحسنه, وأدخلنا برحمتك في عبادك الصالحين.
Artinya: Ya Allah, tidaklah ada ilmu kami kecuali hanya apa-apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Ya Allah, ajarkanlah kepada Kami apa-apa yang bermanfa’at bagi kami dan berilah kemanfaatan kepada kami atas ilmu yang kami miliki. Tambahkanlah kepada kami ilmu dan nampakkanlah kepada kami bahwa yang benar itu adalah benar dan beri rizqilah kami untuk mengikutinya. Dan nampakkanlah kepada kami bahwa yang salah itu adalah salah dan beri rezqilah kami untuk menjauhinya. Dan jadikanlah kami termasuk diantara orang-orang yang mendengarkan perkataan dan mengikuti yang baik darinya. Dan masukkanlah kami dengan rahmat-Mu termasuk kedalam bahagian hamba-hamba-Mu yang Shaleh. | Fitra Yadi
Via
artikel
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda setelah membaca blog ini dengan bahasa yang sopan dan lugas.