Buletin
Segala puji bagi Allah ‘Azza wa Jalla yang memuliakan kita dengan iman dan amal. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada insan yang mulia, junjungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW.
Beberapa minggu belakangan sejak Rabu (7/01/2015) perhatian kita masyarakat Minang dan umumnya umat Islam dunia kembali disita dengan pemberitaan media massa tentang upaya penghinaan terhadap Rasulullah SAW. yang dilakukan oleh kartunis kafir majalah satire Charlie Hebdo yang terbit di Perancis.
Pihak berwenang Prancis mengatakan setidaknya dua orang bersenjata telah menerobos masuk kantor majalah itu dan membunuh 8 pekerja di dalamnya gara-gara majalah itu telah melakukan penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW.
Satire (berasal dari bahasa Latin) adalah gaya bahasa untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang, biasanya disampaikan dalam bentuk ironi, sarkasme, atau parodi. Jadi majalah satire adalah majalah yang terbit dengan gaya sindiran, baik gambar maupun tulisan.
Charlie Hebdo hanya sebuah majalah, hanya menulis, dan menerbitkan karikatur serta tulisan. Majalah itu adalah bagian dari budaya satir Prancis, budaya mengeritik dengan menyisipkan humor, yang sudah mengakar di Prancis sejak sebelum masa Revolusi Prancis.
Memang majalah beraliran kiri itu terkenal dengan cara mengeritiknya yang tajam. Sasarannya macam-macam, mulai dari tokoh politik, partai politik, pemerintah, institusi agama seperti Islam, Kristen, dan Yahudi.
Misalnya dalam sampul edisi khusus Januari 2015, majalah itu memasang gambar Maria sedang mengangkang dan bayi Yesus keluar dari antara kedua kakinya sambil tersenyum. Di atasnya tertulis, "Kisah Nyata tentang Yesus Kecil".
Ketika Michael Jackson meninggal pada tahun 2009 yang lalu, majalah itu memasang sampul kerangka musisi pop asal Amerika Serikat itu dengan tulisan, "Michael Jackson akhirnya putih juga". Diduga karikatur itu bertujuan menyindir Michael Jackson, warga Amerika Serikat keturunan Afrika, yang sepanjang hidupnya berusaha terlihat seperti orang kulit putih.
Sementara dalam edisi di tahun 2006, majalah itu memasang gambar Yesus di salib dengan tulisan: "Saya seorang pesohor...tolong bawa saya pergi dari sini!" Tulisan itu adalah judul sebuah reality show Amerika Serikat, yang ditayangkan di sebuah stasiun televisi Prancis.
Tidak hanya itu, pada 2010 majalah yang sama memasang gambar depan Paus Benediktus XVI yang sedang memegang kondom sambil berkata, "Inilah tubuhku!" Kalimat itu adalah salah satu doa kunci dalam perayaan misa Katolik dan dikutip dari kata-kata Yesus sendiri.
Tetapi memang yang sangat memicu kontroversi adalah karikatur-karikatur Charlie Hebdo yang menyinggung umat Islam. Dalam beberapa edisi, majalah itu memasang gambar Nabi Muhammad di sampul depannya. Dalam Islam lukisan yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW dilarang dan dinilai sebagai penghinaan dan penistaan agama.
Salah satu karikatur terbarunya pada Oktober 2014 misalnya, menggambarkan seorang lelaki bersorban dan berbaju putih akan dipenggal oleh orang lain dalam busana dan topeng hitam, mirip algojo kelompok Negara Islam Irak Suriah.
Di atas kartun itu terdapat tulisan, "Jika Muhammad Kembali...". Gambar kartun itu diyakini menggambarkan ketidakpahaman ISIS tentang Islam, sehingga bahkan jika Nabi Muhammad datang kembali Ia pun akan ditolak oleh kelompok itu.
Sementara pada Desember 2011 majalah itu memuat gambar seorang lelaki muslim berciuman dengan lelaki lain yang mengenakan kaos bertuliskan Charlie Hebdo. Gambar itu diberi judul, "Cinta lebih kuat kebencian".
Tetapi salah satu yang paling menggemparkan adalah pada November 2011. Majalah Charlie Hebdo nekat memasang kartun Nabi Muhammad di sampulnya dan mengubah nama majalah itu menjadi "Charia Hebdo" - charia adalah kata bahasa Prancis yang berarti syariat.
Gambar sampul itu berbuntut panjang. Di hari yang sama dengan edisi itu diterbitkan, sebuah bom molotov dilemparkan ke kantor majalah itu dan menghanguskan seluruh isi kantor. Website majalah juga diretas dan diisi dengan sebuah kalimat saja, "Tiada tuhan selain Allah".
Charlie Hebdo juga pernah dikecam oleh pemerintah Prancis dan bahkan digugat di pengadilan pada tahun 2006. Tidak saja memasang gambar Nabi Muhammad di sampul depan, majalah itu juga memuat 12 kartun tentang Nabi Muhammad yang sebelumnya diterbitkan oleh surat kabar Denmark, Jyllands-Posten dan memicu demonstrasi umat Islam di seluruh dunia.
Presiden Prancis ketika itu, Jacques Chirac, mengecam Charlie Hebdo karena dituding telah sengaja memprovokasi umat Islam di Prancis. Sementara organisasi-organisasi Islam Prancis menggugat majalah itu di pengadilan. Pada 2007 pengadilan Prancis memutuskan Charlie Hebdo tidak bersalah karena praktiknya sejalan dengan undang-undang kebebasan berpendapat dan berekspresi di negara Eropa tersebut
Demi Allah! Pelecehan seperti itu tidak akan mengurangi derajat kemuliaan Nabi Muhammad SAW. Serangan baru-baru ini yang terjadi di kantor Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang yang merupakan reaksi keras terhadap penerbitan kartun Nabi Muhammad itu telah menyebabkan perdebatan sengit dikalangan politisi, media dan jutaan warga Perancis. Sudah jelas motif dari penerbitan itu adalah bisnis, bagaimana meningkatkan oplah
Dengan menerbitkan hal-hal yang kontroversial diharapkan majalahnya banyak yang akan melirik, semakin banyak gejolak sosial, semakin senang mereka, karena memang itulah yang mereka inginkan untuk menarik hati pembaca untuk membeli dan memperkaya mereka. Jelaslah terbuka mata kita bahwa hal itu hanyalah strategi bisnis belaka dengan “kritik sosial” sebagai jualan.
Cetakan pertama dari edisi tersebut, yang di covernya menampilkan kartun nabi Muhammad yang menangis sambil memegang tanda yang mengatakan “Je suis Charlie” (Saya Charlie) di bawah kata-kata “semua diampuni”, terjual habis dalam beberapa menit di agen koran di Perancis. Penerbit mengumumkan pada Sabtu bahwa mereka sekali lagi akan meningkatkan oplah dari isu ini hingga 7 juta kopi. Sebelum serangan itu, majalah ini memiliki oplah hanya 60.000 kopi saja.
Dilihat sejarahnya, dulu di Eropa pada abad ke-19 adalah era keemasan majalah satire dan politik lucu. Di Swiss, muncul Nebelspalter. Austria punya Kikeriki. Jerman memiliki ULK, Berliner Wespen, dan Leuchtkugeln. Dari semuanya yang paling sukses adalah Kladderadatsch yang terbit di Berlin pada tahun 1948.
Setelah Kladderradatsch, majalah satire tradisional Jerman yang cukup sukses adalah Simplicissimus. Majalah ini bertahan selama 50 tahun dengan menjual kritik sosial juga. Padahal, penerbit Albert Langen nyaris frustrasi ketika hanya bisa menjual 10 ribu eksemplar dari 480 ribu edisi pertama yang dicetak. Ia berusaha bertahan meski 99 % nya hanya menjadi bubur kertas.
Di Prancis, kartun menjadi populer setelah Perang Dunia II. Tahun 1959, Pilote muncul di Paris. Dari sini lahir René Goscinny, salah satu kartunis utama Pilote yang mencapai ketenaran di seluruh dunia dengan Asterix-nya. Tahun 1960-an muncul majalah satir bulanan Hara-Kiri, yang menjadi cikal bakal Charlie Hebdo. Mereka melanggar semua yang tabu tanpa batas, dan provokatif. Itulah yang juga terlihat pada kartun-kartun Charlie Hebdo.
Orang Minang, dikenal sebagai suku yang banyak melahirkan intelektual, diplomat handal dan pedagang yang sukses. Sebagai orang yang tahu dengan laba rugi, yang tahu jo dahan kamaimpok dan rantiang kamancucuak, pastilah kita paham bahwa kerusuhan di perancis hanyalah praktik bisnis kotor belaka. Jangan terpancing sehingga cepat marah.| Fitra Yadi
PELECEHAN TAK AKAN MENGURANGI KEMULIAAN RASULULLAH
الحمد لله حمدا كثيرا طيبا مباركا يليق بجلال وجهه وعظيم سلطانه. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. واشهد ان سيدنا محمدا عبده ورسوله. اللهم صل وسلم و بارك على سيدنا محمد وعلى آله و اصحابه أجمعين. اما بعد
Segala puji bagi Allah ‘Azza wa Jalla yang memuliakan kita dengan iman dan amal. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada insan yang mulia, junjungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW.
Beberapa minggu belakangan sejak Rabu (7/01/2015) perhatian kita masyarakat Minang dan umumnya umat Islam dunia kembali disita dengan pemberitaan media massa tentang upaya penghinaan terhadap Rasulullah SAW. yang dilakukan oleh kartunis kafir majalah satire Charlie Hebdo yang terbit di Perancis.
Pihak berwenang Prancis mengatakan setidaknya dua orang bersenjata telah menerobos masuk kantor majalah itu dan membunuh 8 pekerja di dalamnya gara-gara majalah itu telah melakukan penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW.
Satire (berasal dari bahasa Latin) adalah gaya bahasa untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang, biasanya disampaikan dalam bentuk ironi, sarkasme, atau parodi. Jadi majalah satire adalah majalah yang terbit dengan gaya sindiran, baik gambar maupun tulisan.
Charlie Hebdo hanya sebuah majalah, hanya menulis, dan menerbitkan karikatur serta tulisan. Majalah itu adalah bagian dari budaya satir Prancis, budaya mengeritik dengan menyisipkan humor, yang sudah mengakar di Prancis sejak sebelum masa Revolusi Prancis.
Memang majalah beraliran kiri itu terkenal dengan cara mengeritiknya yang tajam. Sasarannya macam-macam, mulai dari tokoh politik, partai politik, pemerintah, institusi agama seperti Islam, Kristen, dan Yahudi.
Misalnya dalam sampul edisi khusus Januari 2015, majalah itu memasang gambar Maria sedang mengangkang dan bayi Yesus keluar dari antara kedua kakinya sambil tersenyum. Di atasnya tertulis, "Kisah Nyata tentang Yesus Kecil".
Ketika Michael Jackson meninggal pada tahun 2009 yang lalu, majalah itu memasang sampul kerangka musisi pop asal Amerika Serikat itu dengan tulisan, "Michael Jackson akhirnya putih juga". Diduga karikatur itu bertujuan menyindir Michael Jackson, warga Amerika Serikat keturunan Afrika, yang sepanjang hidupnya berusaha terlihat seperti orang kulit putih.
Sementara dalam edisi di tahun 2006, majalah itu memasang gambar Yesus di salib dengan tulisan: "Saya seorang pesohor...tolong bawa saya pergi dari sini!" Tulisan itu adalah judul sebuah reality show Amerika Serikat, yang ditayangkan di sebuah stasiun televisi Prancis.
Tidak hanya itu, pada 2010 majalah yang sama memasang gambar depan Paus Benediktus XVI yang sedang memegang kondom sambil berkata, "Inilah tubuhku!" Kalimat itu adalah salah satu doa kunci dalam perayaan misa Katolik dan dikutip dari kata-kata Yesus sendiri.
Tetapi memang yang sangat memicu kontroversi adalah karikatur-karikatur Charlie Hebdo yang menyinggung umat Islam. Dalam beberapa edisi, majalah itu memasang gambar Nabi Muhammad di sampul depannya. Dalam Islam lukisan yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW dilarang dan dinilai sebagai penghinaan dan penistaan agama.
Salah satu karikatur terbarunya pada Oktober 2014 misalnya, menggambarkan seorang lelaki bersorban dan berbaju putih akan dipenggal oleh orang lain dalam busana dan topeng hitam, mirip algojo kelompok Negara Islam Irak Suriah.
Di atas kartun itu terdapat tulisan, "Jika Muhammad Kembali...". Gambar kartun itu diyakini menggambarkan ketidakpahaman ISIS tentang Islam, sehingga bahkan jika Nabi Muhammad datang kembali Ia pun akan ditolak oleh kelompok itu.
Sementara pada Desember 2011 majalah itu memuat gambar seorang lelaki muslim berciuman dengan lelaki lain yang mengenakan kaos bertuliskan Charlie Hebdo. Gambar itu diberi judul, "Cinta lebih kuat kebencian".
Tetapi salah satu yang paling menggemparkan adalah pada November 2011. Majalah Charlie Hebdo nekat memasang kartun Nabi Muhammad di sampulnya dan mengubah nama majalah itu menjadi "Charia Hebdo" - charia adalah kata bahasa Prancis yang berarti syariat.
Gambar sampul itu berbuntut panjang. Di hari yang sama dengan edisi itu diterbitkan, sebuah bom molotov dilemparkan ke kantor majalah itu dan menghanguskan seluruh isi kantor. Website majalah juga diretas dan diisi dengan sebuah kalimat saja, "Tiada tuhan selain Allah".
Charlie Hebdo juga pernah dikecam oleh pemerintah Prancis dan bahkan digugat di pengadilan pada tahun 2006. Tidak saja memasang gambar Nabi Muhammad di sampul depan, majalah itu juga memuat 12 kartun tentang Nabi Muhammad yang sebelumnya diterbitkan oleh surat kabar Denmark, Jyllands-Posten dan memicu demonstrasi umat Islam di seluruh dunia.
Presiden Prancis ketika itu, Jacques Chirac, mengecam Charlie Hebdo karena dituding telah sengaja memprovokasi umat Islam di Prancis. Sementara organisasi-organisasi Islam Prancis menggugat majalah itu di pengadilan. Pada 2007 pengadilan Prancis memutuskan Charlie Hebdo tidak bersalah karena praktiknya sejalan dengan undang-undang kebebasan berpendapat dan berekspresi di negara Eropa tersebut
Demi Allah! Pelecehan seperti itu tidak akan mengurangi derajat kemuliaan Nabi Muhammad SAW. Serangan baru-baru ini yang terjadi di kantor Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang yang merupakan reaksi keras terhadap penerbitan kartun Nabi Muhammad itu telah menyebabkan perdebatan sengit dikalangan politisi, media dan jutaan warga Perancis. Sudah jelas motif dari penerbitan itu adalah bisnis, bagaimana meningkatkan oplah
Dengan menerbitkan hal-hal yang kontroversial diharapkan majalahnya banyak yang akan melirik, semakin banyak gejolak sosial, semakin senang mereka, karena memang itulah yang mereka inginkan untuk menarik hati pembaca untuk membeli dan memperkaya mereka. Jelaslah terbuka mata kita bahwa hal itu hanyalah strategi bisnis belaka dengan “kritik sosial” sebagai jualan.
Cetakan pertama dari edisi tersebut, yang di covernya menampilkan kartun nabi Muhammad yang menangis sambil memegang tanda yang mengatakan “Je suis Charlie” (Saya Charlie) di bawah kata-kata “semua diampuni”, terjual habis dalam beberapa menit di agen koran di Perancis. Penerbit mengumumkan pada Sabtu bahwa mereka sekali lagi akan meningkatkan oplah dari isu ini hingga 7 juta kopi. Sebelum serangan itu, majalah ini memiliki oplah hanya 60.000 kopi saja.
Dilihat sejarahnya, dulu di Eropa pada abad ke-19 adalah era keemasan majalah satire dan politik lucu. Di Swiss, muncul Nebelspalter. Austria punya Kikeriki. Jerman memiliki ULK, Berliner Wespen, dan Leuchtkugeln. Dari semuanya yang paling sukses adalah Kladderadatsch yang terbit di Berlin pada tahun 1948.
Setelah Kladderradatsch, majalah satire tradisional Jerman yang cukup sukses adalah Simplicissimus. Majalah ini bertahan selama 50 tahun dengan menjual kritik sosial juga. Padahal, penerbit Albert Langen nyaris frustrasi ketika hanya bisa menjual 10 ribu eksemplar dari 480 ribu edisi pertama yang dicetak. Ia berusaha bertahan meski 99 % nya hanya menjadi bubur kertas.
Di Prancis, kartun menjadi populer setelah Perang Dunia II. Tahun 1959, Pilote muncul di Paris. Dari sini lahir René Goscinny, salah satu kartunis utama Pilote yang mencapai ketenaran di seluruh dunia dengan Asterix-nya. Tahun 1960-an muncul majalah satir bulanan Hara-Kiri, yang menjadi cikal bakal Charlie Hebdo. Mereka melanggar semua yang tabu tanpa batas, dan provokatif. Itulah yang juga terlihat pada kartun-kartun Charlie Hebdo.
Orang Minang, dikenal sebagai suku yang banyak melahirkan intelektual, diplomat handal dan pedagang yang sukses. Sebagai orang yang tahu dengan laba rugi, yang tahu jo dahan kamaimpok dan rantiang kamancucuak, pastilah kita paham bahwa kerusuhan di perancis hanyalah praktik bisnis kotor belaka. Jangan terpancing sehingga cepat marah.| Fitra Yadi
Via
Buletin
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda setelah membaca blog ini dengan bahasa yang sopan dan lugas.