artikel
Buletin
BULETIN JUM'AT TAHUN 2 EDISI 18 - MITIGASI BENCANA SEBAGAI WUJUD SYUKUR DAN TAQWA
Dikutip dari pemberitaan media online dikatakan bahwa dari empat segmen, segmen Suliti, segmen Sumani, segmen Sianok dan segmen Sumpur dengan panjang rata-rata 60 - 200 kilometer, ternyata, segmen Sianok, Bukittinggi merupakan salah satu segmen yang berpotensi mampu melepaskan energi gempa dangkal dengan kekuatan besar hingga 7,3 SR. "Segmen Sianok memiliki potensi energi gampa yang cukup besar,"sebut, Kabid Geologi ESDM Sumbar, Nuzuwir, Jumat (24/4)
Data hasil penelitian ESDM Sumbar lanjut Nuzuwir, menunjukkan bahwa segmen Sianok memanjang dari sisi timur laut danau Singkarak, melewati sisi barat daya gunung Marapi hingga Ngarai Sianok, dan memiliki panjang segmen 90 kilometer yang terletak pada koordinat 0.7°S-0.1°N.
"Segmen Sianok merupakan segmen yang aktif, sehingga perlu kewaspadaan tinggi karena sewaktu waktu bisa terjadi gempa, dengan magnitudo besar maupun kecil. Maka dari itu, selain mitigasi bencana, kewaspadaan masyarakat akan ancaman ini juga harus ditingkatkan,"tutup, Nuzuwir.
Diketahui, Sumbar secara geografis menempati bagian Barat Pulau Sumatera yang merupakan salah satu provinsi rawan bencana alam geologi. Secara geotektonik, Sumbar tepat berada di depan zona penunjaman lempeng Samudera India-Australia yang aktif menunjam kebawah pulau Sumatera tepatnya di Palung Laut Kepulauan Mentawai (Jalur Beniof-Wadati).
Tak hanya itu, Sumbar juga dilintasi oleh patahan sesar besar Sumatera (sesar semangko) dan memanjang di sepanjang Pulau Sumatera, mulai dari ujung Aceh sampai Selat Sunda, dengan bidang vertical dan pergerakan lateral mengkanan (dextral-strike slip), sesar Sumatera sangat tersegmentasi.
Di lain pihak, untuk mengatasi kemacetan di Bukittinggi dan memperlancar mobilitas Padang-Pekanbaru, setahun yang lalu Pemerintah Provinsi Sumatra Barat berencana akan membangun terowongan Balingka sepanjang 1,1 km. (Kabupaten Agam) dan pembangunan Jembatan Ngarai Sianok sepanjang 600 meter dengan lebar 8 meter (Bukittinggi) yang telah mendapat dukungan dari Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia.
Coba kita bayangkan, jika proyek ini jadi dan gempa datang maka akan banyak terjadi kehancuran dan kerugian materi serta nyawa. Jembatan dan terowongan itu akan rusak bahkan ambruk, demikian juga dengan Koto Gadang, Sianok, Panorama, Bukik Apik, Banto Laweh, Ateh Ngarai, Lambah, Sungai Jariang dan Bulakang Balok sekitarnya akan rusak.
Kabarnya gempa tanggal 6 Maret tahun 2007 lalu episentrumnya di patahan Sianok juga sekitar 7,3 SR. Pelepasan engergi segmen Sianok ini diyakini sebagai perulangan gempa bumi tahun 1926.
Mengingat ancaman cukup besar, maka sebagian orang mengusulkan supaya diambil kebijakan mitigasi bencana seperti, membangun persepsi yang sama bagi semua pihak, pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir yang melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat, serta ada upaya preventif yang harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat diminimalkan.
Kita sebagai manusia yang dianugrahkan akal dan pikiran oleh Allah Swt, semestinya berpikir dan mengambil iktibarnya. Hadapilah tantangan ini dengan optimis serta bersyukur atas diberi-Nya kita ilmu termasuk ilmu mitigasi bencana. Pesimis dan takut berkelebihan tidak akan merubah hukum Allah, bahwa kerak bumi konsisten bergerak sepanjang waktu, bukan hanya di Sianok saja.
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dikatakan bahwa bencana sendiri adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana dapat berupa kebakaran, tsunami, gempa bumi, letusan gunung api, banjir, longsor, badai tropis, dan lainnya.
lmu pengetahuan memberikan informasi kepada kita tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam secara rasionalitas. Namun dibalik itu semua ada Pencipta Yang Maha Besar dan Maha Berkehendak dimana manusia tidak punya ilmu untuk memahami maksud Sang Pencipta bahkan tidak bisa dijangkau hanya dengan rasionalitas belaka.
Sekarang hendaknya kita bermuhasabah sejenak untuk meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah Ta’ala, taqwa dalam arti yang sebenar-benarnya, yaitu dengan menumbuhkan rasa takut kepada siksa dan adzab Allah, menjalan-kan semua perintahNya serta menjauhi semua
laranganNya.
Ada banyak hal yang patut kita cermati pada ujian malapetaka ini. Kalau Allah akan memberi kita malapetaka, itu bisa dimanapun saja, walaupun ditempat itu tidak ada potensi bencana. Walaupun di daerah yang berpotensi bencana namun bila Allah redha, maka Ramat-Nya akan
selalu tercurah.
Dalam Al-Qur’an, sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengingat-kan kepada kita bahwa adzab dan siksa Allah tidak khusus hanya menimpa orang-orang zhalim di antara kita. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: yang artinya:
Dan perihalah dirimu dari siksa yang tidak khusus menimpa orang-orang zhalim saja di antara kamu dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaNya” (Al-An-Anfal: 25).
Imam Ahmad bin Hambal juga meriwayatkan hadits dari Ummu Salamah, ia berkata bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:Artinya: Jika timbul maksiat pada umatku, maka Allah akan menyebarkan adzab kepada mereka. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah tidak ada pada waktu itu orang-orang shalih? Beliau menjawab: ada. Aku bertanya lagi: “Apa yang akan Allah perbuat kepada mereka?” Jawab beliau: “Allah akan menimpakan kepada mereka adzab sebagaimana yang ditimpakan kepada orang-orang yang melakukan maksiat, kemudian mereka akan mendapat ampunan dan keridhoan dari Robbnya.” (HR. Imam Ahmad)
Mari tingkatkan taqwa kepada Allah dan syukuri pengetahuan yang diberikan-Nya untuk Mitigasi bencana.
Data hasil penelitian ESDM Sumbar lanjut Nuzuwir, menunjukkan bahwa segmen Sianok memanjang dari sisi timur laut danau Singkarak, melewati sisi barat daya gunung Marapi hingga Ngarai Sianok, dan memiliki panjang segmen 90 kilometer yang terletak pada koordinat 0.7°S-0.1°N.
"Segmen Sianok merupakan segmen yang aktif, sehingga perlu kewaspadaan tinggi karena sewaktu waktu bisa terjadi gempa, dengan magnitudo besar maupun kecil. Maka dari itu, selain mitigasi bencana, kewaspadaan masyarakat akan ancaman ini juga harus ditingkatkan,"tutup, Nuzuwir.
Diketahui, Sumbar secara geografis menempati bagian Barat Pulau Sumatera yang merupakan salah satu provinsi rawan bencana alam geologi. Secara geotektonik, Sumbar tepat berada di depan zona penunjaman lempeng Samudera India-Australia yang aktif menunjam kebawah pulau Sumatera tepatnya di Palung Laut Kepulauan Mentawai (Jalur Beniof-Wadati).
Tak hanya itu, Sumbar juga dilintasi oleh patahan sesar besar Sumatera (sesar semangko) dan memanjang di sepanjang Pulau Sumatera, mulai dari ujung Aceh sampai Selat Sunda, dengan bidang vertical dan pergerakan lateral mengkanan (dextral-strike slip), sesar Sumatera sangat tersegmentasi.
Di lain pihak, untuk mengatasi kemacetan di Bukittinggi dan memperlancar mobilitas Padang-Pekanbaru, setahun yang lalu Pemerintah Provinsi Sumatra Barat berencana akan membangun terowongan Balingka sepanjang 1,1 km. (Kabupaten Agam) dan pembangunan Jembatan Ngarai Sianok sepanjang 600 meter dengan lebar 8 meter (Bukittinggi) yang telah mendapat dukungan dari Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia.
Coba kita bayangkan, jika proyek ini jadi dan gempa datang maka akan banyak terjadi kehancuran dan kerugian materi serta nyawa. Jembatan dan terowongan itu akan rusak bahkan ambruk, demikian juga dengan Koto Gadang, Sianok, Panorama, Bukik Apik, Banto Laweh, Ateh Ngarai, Lambah, Sungai Jariang dan Bulakang Balok sekitarnya akan rusak.
Kabarnya gempa tanggal 6 Maret tahun 2007 lalu episentrumnya di patahan Sianok juga sekitar 7,3 SR. Pelepasan engergi segmen Sianok ini diyakini sebagai perulangan gempa bumi tahun 1926.
Mengingat ancaman cukup besar, maka sebagian orang mengusulkan supaya diambil kebijakan mitigasi bencana seperti, membangun persepsi yang sama bagi semua pihak, pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir yang melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat, serta ada upaya preventif yang harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat diminimalkan.
Kita sebagai manusia yang dianugrahkan akal dan pikiran oleh Allah Swt, semestinya berpikir dan mengambil iktibarnya. Hadapilah tantangan ini dengan optimis serta bersyukur atas diberi-Nya kita ilmu termasuk ilmu mitigasi bencana. Pesimis dan takut berkelebihan tidak akan merubah hukum Allah, bahwa kerak bumi konsisten bergerak sepanjang waktu, bukan hanya di Sianok saja.
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dikatakan bahwa bencana sendiri adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana dapat berupa kebakaran, tsunami, gempa bumi, letusan gunung api, banjir, longsor, badai tropis, dan lainnya.
lmu pengetahuan memberikan informasi kepada kita tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam secara rasionalitas. Namun dibalik itu semua ada Pencipta Yang Maha Besar dan Maha Berkehendak dimana manusia tidak punya ilmu untuk memahami maksud Sang Pencipta bahkan tidak bisa dijangkau hanya dengan rasionalitas belaka.
Sekarang hendaknya kita bermuhasabah sejenak untuk meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah Ta’ala, taqwa dalam arti yang sebenar-benarnya, yaitu dengan menumbuhkan rasa takut kepada siksa dan adzab Allah, menjalan-kan semua perintahNya serta menjauhi semua
laranganNya.
Ada banyak hal yang patut kita cermati pada ujian malapetaka ini. Kalau Allah akan memberi kita malapetaka, itu bisa dimanapun saja, walaupun ditempat itu tidak ada potensi bencana. Walaupun di daerah yang berpotensi bencana namun bila Allah redha, maka Ramat-Nya akan
selalu tercurah.
Dalam Al-Qur’an, sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengingat-kan kepada kita bahwa adzab dan siksa Allah tidak khusus hanya menimpa orang-orang zhalim di antara kita. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: yang artinya:
Dan perihalah dirimu dari siksa yang tidak khusus menimpa orang-orang zhalim saja di antara kamu dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaNya” (Al-An-Anfal: 25).
Imam Ahmad bin Hambal juga meriwayatkan hadits dari Ummu Salamah, ia berkata bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:Artinya: Jika timbul maksiat pada umatku, maka Allah akan menyebarkan adzab kepada mereka. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah tidak ada pada waktu itu orang-orang shalih? Beliau menjawab: ada. Aku bertanya lagi: “Apa yang akan Allah perbuat kepada mereka?” Jawab beliau: “Allah akan menimpakan kepada mereka adzab sebagaimana yang ditimpakan kepada orang-orang yang melakukan maksiat, kemudian mereka akan mendapat ampunan dan keridhoan dari Robbnya.” (HR. Imam Ahmad)
Mari tingkatkan taqwa kepada Allah dan syukuri pengetahuan yang diberikan-Nya untuk Mitigasi bencana.
Ini adalah isi buletin Jum'at CV. Barito Minang Edisi: 18 Tahun II / Jum’at, 19 Rajab 1436 H / 8 Mei 2015 M
Via
artikel
Postingan Lama
SYARAT-RUKUN SERTA HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGAN PUASA
Mitigasi adalah kegiatan pencegahan dan uapaya pengurangan resiko bencana
BalasHapus