artikel
Buletin
Saudara kaum Muslimin rahimakumullah. Sembah sujud serta puja ke hadirat Allah 'Azza wa jalla senantiasa menghiasi gerak-gerik kehidupan kita hendaknya.
Kalimat “Alhamdulillah”, ucapan itu, minimal sebagai ungkapan kesyukuran kita sebagai seorang hamba tatkala mendapat rahmat-Nya.
Kemudian shalawat serta salam sejahtera senantiasa kita kirimkan kepada jujungan umat, penghulu kita Nabi besar Muhammad Saw.
Saudara Rahimakumullah. Sebagaimana ungkapan mamangan adat kita yang diucapkan dalam susunan kato pasambahan yaitu; “Dahulu kato basitina kudian kato bataratik”, maksudnya adalah bahwa dalam berkata, orang yang bicara menyampaikan dengan tenang, terstruktur dan jelas, sedangkan lawan bicara mendengar pula dengan tertib. Setelah lawan bicara selesai, barulah ditanggapi perkataannya. Dalam parundiangan alua-pasambahan, ada suatu sifat bicara yang selalu diamalkan yaitu “tikam jajak”
Yaitu mengulang kembali inti perkataan lawan bicara sebelum menanggapinya kemudian menconfirmasi apakah itu yang ia maksud. Contoh ungkapan; “alah sampai tuan? sapanjang parundiangan tuan nan ka tangah ........ (pengulangan kembali inti perkataan lawan bicara), kan yo baitu tuan?”. Sifat bicara seperti ini juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam suatu kisah.
Ketika itu Rasulullah SAW. telah diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Beliau menyebarkan wahyu Allah kepada masyarakat Arab. Maka para pembesar suku Quraisy pun mengadakan sidang. Mereka membicarakan perkembangan gerakan yang dijalankan oleh nabi Muhammad SAW. Dalam sidang tersebut ada dua pilihan, yakni menyelesaikannya dengan kekerasan atau menyelesaikannya dengan jalan damai. Pilihan ke-2 lah yang diambil.
Serombongan orang Quraisy menemui Muhammad SAW. Pada saat itu beliau sedang berada di masjid. Orang Quraisy menunjuk Utbah bin Rabi’ah sebagai juru bicara karena dia yang paling pandai bicara diantara para anggota Dar al-Nadwah atau parelemen Makkah. Ia lalu berkata: “Wahai keponakanku! Aku meman-
dangmu sebagai orang yang terpandang dan termulia diantara kami. Tiba-tiba engkau datang kepada kami membawa paham baru yang tidak pernah dibawa oleh siapapun sebelum engkau. Kau telah meresahkan masyarakat, kau telah menimbulkan perpecahan, kau cela agama kami. Kami khawatir suatu hari nanti akan terjadilah peperangan diantara kita hingga semua binasa.”
Setelah berhenti sebentar, Utbah melanjutkan perkataannya:
“Apa sebetulnya yang kau kehendaki. Jika kau inginkan harta, akan kami kumpulkan kekayaan dan engkau menjadi orang terkaya diantara kami. Jika kau inginkan kemuliaan, akan kami muliakan engkau sehingga engkau menjadi orang yang paling mulia. Kami tidak akan memutuskan sesuatu tanpa meminta pertimbanganmu. Atau, jika ada penyakit yang mengganggumu, yang tidak dapat kauatasi, akan kami curahkan semua perbendaharaan kami sehingga kami dapatkan obat untuk menyembuhkanmu. Atau mungkin kauinginkan kekuasaan, kami jadikan kamu penguasa kami semua.”
Rasulullah SAW. mendengarkan semua perkataan Utbah dengan sabar. Tidak sekalipun beliau mengeluarkan suara atau menggerakkan tubuh untuk memotong pembicaraan Utbah.
Saat Utbah berhenti berbicara, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Sudah selesaikah ya Abal Walid?” lalu Utbah menjawab bahwa dirinya sudah selesai berbicara. Rasulullah kemudian menjawab ucapan Utbah tersebut dengan surat Fushilat, “Haa mim. Diturunkan al-Quran dari Dia yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Sebuah kitab yang ayat-ayatnya dijelaskan. Qur’an dalam bahasa Arab untuk kaum berilmu…” Rasulullah terus membaca hingga sampai pada ayat sajadah, kemudian Rasulullah bersujud.
Utbah duduk mendengarkan Rasulullah SAW. hingga selesai membaca bacaannya lalu berdiri. Ia tak tahu harus mengatakan apa. Ia lantas pergi menemui kaumnya. Di tengah-tengah mereka, ia berbicara dengan pelan memberitahukan bahwa ia telah menemui Muhammad SAW. dan menyampaikan apa yang mereka kehendaki. Namun Muhammad SAW. menjawab dengan ucapan yang ia tidak mengerti. Ia meminta kaum Quraisy untuk tidak mengganggu Rasulullah SAW. karena beliau tidak akan berhenti dari dakwahnya. Namun ternyata orang-orang Quraisy tidak mematuhi nasihat dari Utbah.
Rasulullah SAW. begitu sabar mendengarkan perkataan orang kafir dan tidak memotongnya meskipun beliau tidak menyukai hal tersebut.
Bercermin dari peristiwa tersebut. Hendaknya ketika berbicara kita mendengarkan dulu perkataan lawan bicara walaupun itu tidak kita sukai kemudian baru ditanggapi. Demikian juga ketika perkataan kita ditanggapi, dengarkan dengan baik dan jangan diabaikan saja.Dengarkan apa yang disampaikan, setelah semua selesai maka tanyakanlah seperti ini; apakah sudah selesai? kalau sudah dijawab “sudah” maka tanggapilah pernyataan lawan bicara itu. Janganlah memotong pembicaraan orang sebelum ia selesai berkata. Semoga kita bisa meniru akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mengungkapkan prihal kepribadian ahklaq Rosulullah SAW. tidak akan ada habisnya untuk diungkapkan, keteladan beliau sangat mulia. Dikisahkan lagi dalam sebuah riwayat tentang seorang pengemis buta Yahudi di sudut pasar Madinah yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya “ Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia orang gila, pembohong, dia itu tukang sihir. Apabila kalian mendekatinya maka
maka kalian akan dipengaruhinya”. Namun, setiap pagi Rasulullah SAW. selalu mendatanginya membawa makanan, tanpa berucap sepatah kata pun beliau menyuapinya dengan makanan sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Beliau melakukan hal ini setiap hari sampai wafat. Setelah wafatnya Rasulullah SAW tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap
pagi kepadanya.
Suatu hariAbu Bakar RA. berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain adalah istri Rasulullah SAW. beliau bertanya “Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?”. Aisyah RA menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja”. “Apakah Itu?”, tanya Abu Bakar RA.”Setiap pagi Rasulullah SAW. selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis buta”, kata Aisyah RA.
Keesokan harinya Abu Bakar RA. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Beliau mendatanginya memberi makanan. Ketika mulai menyuapinya, si pengemis marah
sambil menghardik, “Siapakah kamu ?”. Abu Bakar RA. menjawab,”Aku
orang yang biasa.”
“Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku”, bantah si pengemis itu. “Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskan makanan tersebut setelah itu barulah ia
berikan padaku”.
Abu Bakar RA. tidak dapat menahan air mata, ia menangis sambil berkata “aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW”. Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia. “
Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA. saat itu juga dan sejak hari itu ia menjadi seorang muslim. | Fitra Yadi
BEBERAPA SURI TAULADAN RASULULLAH SAW.
أحمده سبحانه و هو المستحق لان يحمد ويشكر. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له الملك العظيم الاكبر. الذى جعل لكل شيئ وقتا و اجلا وقدر. واشهد ان سيدنا محدا عبده ورسوله الشافع المشفع فى المحشر. اللهم صل وسلم على عبدك سيدنا محمد وعلى آله و اصحابه الذين أذهب الله عنهم الرجس و طهر. اما بعد
Saudara kaum Muslimin rahimakumullah. Sembah sujud serta puja ke hadirat Allah 'Azza wa jalla senantiasa menghiasi gerak-gerik kehidupan kita hendaknya.
Kalimat “Alhamdulillah”, ucapan itu, minimal sebagai ungkapan kesyukuran kita sebagai seorang hamba tatkala mendapat rahmat-Nya.
Kemudian shalawat serta salam sejahtera senantiasa kita kirimkan kepada jujungan umat, penghulu kita Nabi besar Muhammad Saw.
Saudara Rahimakumullah. Sebagaimana ungkapan mamangan adat kita yang diucapkan dalam susunan kato pasambahan yaitu; “Dahulu kato basitina kudian kato bataratik”, maksudnya adalah bahwa dalam berkata, orang yang bicara menyampaikan dengan tenang, terstruktur dan jelas, sedangkan lawan bicara mendengar pula dengan tertib. Setelah lawan bicara selesai, barulah ditanggapi perkataannya. Dalam parundiangan alua-pasambahan, ada suatu sifat bicara yang selalu diamalkan yaitu “tikam jajak”
Yaitu mengulang kembali inti perkataan lawan bicara sebelum menanggapinya kemudian menconfirmasi apakah itu yang ia maksud. Contoh ungkapan; “alah sampai tuan? sapanjang parundiangan tuan nan ka tangah ........ (pengulangan kembali inti perkataan lawan bicara), kan yo baitu tuan?”. Sifat bicara seperti ini juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam suatu kisah.
Ketika itu Rasulullah SAW. telah diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Beliau menyebarkan wahyu Allah kepada masyarakat Arab. Maka para pembesar suku Quraisy pun mengadakan sidang. Mereka membicarakan perkembangan gerakan yang dijalankan oleh nabi Muhammad SAW. Dalam sidang tersebut ada dua pilihan, yakni menyelesaikannya dengan kekerasan atau menyelesaikannya dengan jalan damai. Pilihan ke-2 lah yang diambil.
Serombongan orang Quraisy menemui Muhammad SAW. Pada saat itu beliau sedang berada di masjid. Orang Quraisy menunjuk Utbah bin Rabi’ah sebagai juru bicara karena dia yang paling pandai bicara diantara para anggota Dar al-Nadwah atau parelemen Makkah. Ia lalu berkata: “Wahai keponakanku! Aku meman-
dangmu sebagai orang yang terpandang dan termulia diantara kami. Tiba-tiba engkau datang kepada kami membawa paham baru yang tidak pernah dibawa oleh siapapun sebelum engkau. Kau telah meresahkan masyarakat, kau telah menimbulkan perpecahan, kau cela agama kami. Kami khawatir suatu hari nanti akan terjadilah peperangan diantara kita hingga semua binasa.”
Setelah berhenti sebentar, Utbah melanjutkan perkataannya:
“Apa sebetulnya yang kau kehendaki. Jika kau inginkan harta, akan kami kumpulkan kekayaan dan engkau menjadi orang terkaya diantara kami. Jika kau inginkan kemuliaan, akan kami muliakan engkau sehingga engkau menjadi orang yang paling mulia. Kami tidak akan memutuskan sesuatu tanpa meminta pertimbanganmu. Atau, jika ada penyakit yang mengganggumu, yang tidak dapat kauatasi, akan kami curahkan semua perbendaharaan kami sehingga kami dapatkan obat untuk menyembuhkanmu. Atau mungkin kauinginkan kekuasaan, kami jadikan kamu penguasa kami semua.”
Rasulullah SAW. mendengarkan semua perkataan Utbah dengan sabar. Tidak sekalipun beliau mengeluarkan suara atau menggerakkan tubuh untuk memotong pembicaraan Utbah.
Saat Utbah berhenti berbicara, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Sudah selesaikah ya Abal Walid?” lalu Utbah menjawab bahwa dirinya sudah selesai berbicara. Rasulullah kemudian menjawab ucapan Utbah tersebut dengan surat Fushilat, “Haa mim. Diturunkan al-Quran dari Dia yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Sebuah kitab yang ayat-ayatnya dijelaskan. Qur’an dalam bahasa Arab untuk kaum berilmu…” Rasulullah terus membaca hingga sampai pada ayat sajadah, kemudian Rasulullah bersujud.
Utbah duduk mendengarkan Rasulullah SAW. hingga selesai membaca bacaannya lalu berdiri. Ia tak tahu harus mengatakan apa. Ia lantas pergi menemui kaumnya. Di tengah-tengah mereka, ia berbicara dengan pelan memberitahukan bahwa ia telah menemui Muhammad SAW. dan menyampaikan apa yang mereka kehendaki. Namun Muhammad SAW. menjawab dengan ucapan yang ia tidak mengerti. Ia meminta kaum Quraisy untuk tidak mengganggu Rasulullah SAW. karena beliau tidak akan berhenti dari dakwahnya. Namun ternyata orang-orang Quraisy tidak mematuhi nasihat dari Utbah.
Rasulullah SAW. begitu sabar mendengarkan perkataan orang kafir dan tidak memotongnya meskipun beliau tidak menyukai hal tersebut.
Bercermin dari peristiwa tersebut. Hendaknya ketika berbicara kita mendengarkan dulu perkataan lawan bicara walaupun itu tidak kita sukai kemudian baru ditanggapi. Demikian juga ketika perkataan kita ditanggapi, dengarkan dengan baik dan jangan diabaikan saja.Dengarkan apa yang disampaikan, setelah semua selesai maka tanyakanlah seperti ini; apakah sudah selesai? kalau sudah dijawab “sudah” maka tanggapilah pernyataan lawan bicara itu. Janganlah memotong pembicaraan orang sebelum ia selesai berkata. Semoga kita bisa meniru akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mengungkapkan prihal kepribadian ahklaq Rosulullah SAW. tidak akan ada habisnya untuk diungkapkan, keteladan beliau sangat mulia. Dikisahkan lagi dalam sebuah riwayat tentang seorang pengemis buta Yahudi di sudut pasar Madinah yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya “ Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia orang gila, pembohong, dia itu tukang sihir. Apabila kalian mendekatinya maka
maka kalian akan dipengaruhinya”. Namun, setiap pagi Rasulullah SAW. selalu mendatanginya membawa makanan, tanpa berucap sepatah kata pun beliau menyuapinya dengan makanan sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Beliau melakukan hal ini setiap hari sampai wafat. Setelah wafatnya Rasulullah SAW tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap
pagi kepadanya.
Suatu hariAbu Bakar RA. berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain adalah istri Rasulullah SAW. beliau bertanya “Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?”. Aisyah RA menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja”. “Apakah Itu?”, tanya Abu Bakar RA.”Setiap pagi Rasulullah SAW. selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis buta”, kata Aisyah RA.
Keesokan harinya Abu Bakar RA. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Beliau mendatanginya memberi makanan. Ketika mulai menyuapinya, si pengemis marah
sambil menghardik, “Siapakah kamu ?”. Abu Bakar RA. menjawab,”Aku
orang yang biasa.”
“Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku”, bantah si pengemis itu. “Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskan makanan tersebut setelah itu barulah ia
berikan padaku”.
Abu Bakar RA. tidak dapat menahan air mata, ia menangis sambil berkata “aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW”. Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia. “
Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA. saat itu juga dan sejak hari itu ia menjadi seorang muslim. | Fitra Yadi
Via
artikel
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda setelah membaca blog ini dengan bahasa yang sopan dan lugas.