artikel
Buletin
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Tasindorong jajak manurun, tatukiak jajak mandaki, adaik jo syara’ kok tasusun, bumi sanang padi manjadi”. Adat jo syara’ jiko bacarai, alamat bakeh bagantuang nan ka sakah, tampek bapijak nan ka taban.
Bukan saja bagi kita kaum beradat di tanah Minang ini tetapi juga bagi seluruh kaum Muslimin cukuplah firman Allah ini sebagai pendirian.
Artinya: ……………. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. ………………... (QS: Al-Maidah Ayat: 3)
Bagi kita cukuplah Islam sebagai jalan hidup, tidak butuh ajaran lain lagi selain Islam. Islam telah menyempurnakan ajaran yang dibawa nabi dan Rasul sebelum diutusnya baginda Muhammad SAW. Sesungguhnya inilah nikmat terbesar kepada kita, semoga kita tetap Istiqomah di atas jalan yang lurus ini.
Artinya: Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan…….. (QS: An-Nisaa Ayat: 125)
Pada abad ke-7 Islam masuk ke ranah Bundo, berawal dari pedagang Timur Tengah dan juga India mengadakan kontak dengan orang awak di sepanjang pesisiran pantai pulau Andalas ini. Islam diterima sukarela karena masyarakat merasa damai dan sejalan dengan ajaran adat yang telah diamalkan sejak lama, sehingga dengan cepat Islam berkembang ke seluruh Alam Minangkabau.
Ketika zaman pendudukan, mulai dari Belanda sampai Jepang, 13,5 abad lamanya dengan berbagai cara penjajah memaksakan keyakinannya kepada kita, tetapi usaha mereka tidak pernah berhasil. Pada tahun 1824 dicanangkan sumpah sati bukik Marapalam, keluarlah semboyan “Adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah. Syara’ mangato, adat mamakai. Bertambah kokohlah Islam sebagai jalan hidup bagi kita. Hingga sempurnalah rahmat Allah Swt. Berbahagialah kita dengan nikmat yang sebesar ini dan jangan disia-siakan.
Telah kokoh Islam sebagai jalan hidup kita, jangan kembali lagi kepada kesesatan. Janganlah seperti binatang Anjing. Pameo yang beredar di masyarakat kita mengatakan “indak ka ubah anjiang makan cirik”, walaupun sudah dikasih makan dan tempat tinggal yang bersih, namun apabila nampak taik ia akan makan lagi. Kita jangan sampai seperti itu, sudah berabad-abad disucikan dengan Islam jangan kembali lagi kepada kesesatan, jangan ikut-ikutan merayakan hari besar kafir.
Kaum muslimin tidak diperbolehkan beranggapan bahwa besar orang kafir seperti tahun baru (masehi) sebagai waktu penuh berkah (hari baik) yang tepat untuk memulai babak baru di dalam melangkah hidup dan bekerja, di antaranya adalah seperti melakukan akad nikah, memulai bisnis, pembukaan proyek-proyek baru dan lain-lain. Keyakinan seperti ini adalah batil dan hari tersebut sama sekali tidak memiliki kelebihan dan ke-istimewaan di atas hari-hari yang lain dalam aqidah Islam.
Jika diperhatikan dengan teliti, maka kita akan menemukan bahwa ada usaha-usaha yag sangat gigih dari orang luar untuk memadamkan cahaya Islam, menjauhkan dan menyimpangkan kita. Sehingga tidak lagi istiqomah lagi dari jalan yang lurus ini. Allah Swt. Berfirman:
Artinya: Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS: Al-Baqarah Ayat: 109).
Tahun 2013 lalu, sebagian besar orang sangat sibuk merayakannya, tak terkecuali saudara kita kaum muslimin yang terjebak di dalamnya. Padahal setiap muslim seharusnya menjauhi hari besar mereka dan tak perlu menghiraukannya.
Perayaan yang mereka adakan tidak lain adalah kebatilan semata yang dikemas sedemikian rupa, sehingga kelihatan menarik. Di dalamnya berisikan pesan ajakan kepada kekufuran, kesesatan dan kemungkaran. Juga tak dapat dihindari adanya simbul-simbul keagamaan mereka, baik berupa benda, ucapan ataupun perbuatan yang tujuannya bisa jadi untuk menampakkan syiar dan syariat Yahudi atau Nasrani yang telah terhapus dengan datangnya Islam atau kalau tidak agar orang menganggap baik terhadap syariat mereka, sehingga biasnya menyeret kepada kekufuran.
Telah jelas sekali dalil-dalil dari Al Quran, Sunnah dan atsar yang shahih tentang larangan merayakan hari besar orang kafir, yang jelas-jelas itu merupakan ciri khas dan kekhususan dari agama mereka. Keseluruhan waktu dan tempat yang diagungkan oleh orang kafir yang tidak ada tuntunannya di dalam Islam, maka haram bagi setiap muslim untuk ikut mengagungkannya.
Demikianlah sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap mukmin, hendaknya ia selalu menasehati dirinya sendiri dan berusaha sekuat tenaga menyelamatkan diri dari apa-apa yang menyebabkan kemurkaan Allah dan laknatNya. Hendaknya ia mengambil petunjuk hanya dari Allah dan menjadikan Dia sebagai penolong. | Fitra Yadi
LARANGAN MERAYAKAN HARI BESAR KAFIR
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي هدانا لهذا وما كنّا لِنَهْتَدِيَ لولا أن هدانا الله ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أنّ سيّدنا محمّدًا صلى الله عليه وسلّم , اللَّهمّ صلّ وسلّم وبارك على سيّدنا محمّد ، وعلى آله وأصحابه ومن تبعه إلى يوم الدّين
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Tasindorong jajak manurun, tatukiak jajak mandaki, adaik jo syara’ kok tasusun, bumi sanang padi manjadi”. Adat jo syara’ jiko bacarai, alamat bakeh bagantuang nan ka sakah, tampek bapijak nan ka taban.
Bukan saja bagi kita kaum beradat di tanah Minang ini tetapi juga bagi seluruh kaum Muslimin cukuplah firman Allah ini sebagai pendirian.
ۚ............ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ .......
Artinya: ……………. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. ………………... (QS: Al-Maidah Ayat: 3)
Bagi kita cukuplah Islam sebagai jalan hidup, tidak butuh ajaran lain lagi selain Islam. Islam telah menyempurnakan ajaran yang dibawa nabi dan Rasul sebelum diutusnya baginda Muhammad SAW. Sesungguhnya inilah nikmat terbesar kepada kita, semoga kita tetap Istiqomah di atas jalan yang lurus ini.
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ
Artinya: Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan…….. (QS: An-Nisaa Ayat: 125)
Pada abad ke-7 Islam masuk ke ranah Bundo, berawal dari pedagang Timur Tengah dan juga India mengadakan kontak dengan orang awak di sepanjang pesisiran pantai pulau Andalas ini. Islam diterima sukarela karena masyarakat merasa damai dan sejalan dengan ajaran adat yang telah diamalkan sejak lama, sehingga dengan cepat Islam berkembang ke seluruh Alam Minangkabau.
Ketika zaman pendudukan, mulai dari Belanda sampai Jepang, 13,5 abad lamanya dengan berbagai cara penjajah memaksakan keyakinannya kepada kita, tetapi usaha mereka tidak pernah berhasil. Pada tahun 1824 dicanangkan sumpah sati bukik Marapalam, keluarlah semboyan “Adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah. Syara’ mangato, adat mamakai. Bertambah kokohlah Islam sebagai jalan hidup bagi kita. Hingga sempurnalah rahmat Allah Swt. Berbahagialah kita dengan nikmat yang sebesar ini dan jangan disia-siakan.
Telah kokoh Islam sebagai jalan hidup kita, jangan kembali lagi kepada kesesatan. Janganlah seperti binatang Anjing. Pameo yang beredar di masyarakat kita mengatakan “indak ka ubah anjiang makan cirik”, walaupun sudah dikasih makan dan tempat tinggal yang bersih, namun apabila nampak taik ia akan makan lagi. Kita jangan sampai seperti itu, sudah berabad-abad disucikan dengan Islam jangan kembali lagi kepada kesesatan, jangan ikut-ikutan merayakan hari besar kafir.
Kaum muslimin tidak diperbolehkan beranggapan bahwa besar orang kafir seperti tahun baru (masehi) sebagai waktu penuh berkah (hari baik) yang tepat untuk memulai babak baru di dalam melangkah hidup dan bekerja, di antaranya adalah seperti melakukan akad nikah, memulai bisnis, pembukaan proyek-proyek baru dan lain-lain. Keyakinan seperti ini adalah batil dan hari tersebut sama sekali tidak memiliki kelebihan dan ke-istimewaan di atas hari-hari yang lain dalam aqidah Islam.
Jika diperhatikan dengan teliti, maka kita akan menemukan bahwa ada usaha-usaha yag sangat gigih dari orang luar untuk memadamkan cahaya Islam, menjauhkan dan menyimpangkan kita. Sehingga tidak lagi istiqomah lagi dari jalan yang lurus ini. Allah Swt. Berfirman:
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۖ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS: Al-Baqarah Ayat: 109).
Tahun 2013 lalu, sebagian besar orang sangat sibuk merayakannya, tak terkecuali saudara kita kaum muslimin yang terjebak di dalamnya. Padahal setiap muslim seharusnya menjauhi hari besar mereka dan tak perlu menghiraukannya.
Perayaan yang mereka adakan tidak lain adalah kebatilan semata yang dikemas sedemikian rupa, sehingga kelihatan menarik. Di dalamnya berisikan pesan ajakan kepada kekufuran, kesesatan dan kemungkaran. Juga tak dapat dihindari adanya simbul-simbul keagamaan mereka, baik berupa benda, ucapan ataupun perbuatan yang tujuannya bisa jadi untuk menampakkan syiar dan syariat Yahudi atau Nasrani yang telah terhapus dengan datangnya Islam atau kalau tidak agar orang menganggap baik terhadap syariat mereka, sehingga biasnya menyeret kepada kekufuran.
Telah jelas sekali dalil-dalil dari Al Quran, Sunnah dan atsar yang shahih tentang larangan merayakan hari besar orang kafir, yang jelas-jelas itu merupakan ciri khas dan kekhususan dari agama mereka. Keseluruhan waktu dan tempat yang diagungkan oleh orang kafir yang tidak ada tuntunannya di dalam Islam, maka haram bagi setiap muslim untuk ikut mengagungkannya.
Demikianlah sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap mukmin, hendaknya ia selalu menasehati dirinya sendiri dan berusaha sekuat tenaga menyelamatkan diri dari apa-apa yang menyebabkan kemurkaan Allah dan laknatNya. Hendaknya ia mengambil petunjuk hanya dari Allah dan menjadikan Dia sebagai penolong. | Fitra Yadi
Via
artikel
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda setelah membaca blog ini dengan bahasa yang sopan dan lugas.